Bunyi-bunyian gamelan bertalu-talu ketika Pasukan Kurawa memasuki alun-alun Hastinapura. Ki Dalang ngos-ngosan setelah memerankan suara Patih Sengkuni yang sengau.
“Kita istirahat dulu. Capek ndalang dari tadi!” teriak Ki Dalang.
Para nayaga manut saja perintah Ki Dalang. Pementasan lakon menangkap Drupada memang menguras tenaga Ki Dalang, apalagi sejak tadi Ki Dalang kebelet pipis. Bergegas ia menuju toilet untuk menuntaskan hajatnya.
Sekembalinya dari toilet, kopi hitam telah tersaji untuknya. Ketika ia selesai menyeruput kopi yang masih panas itu, ada seorang anak muda menghampiri Ki Dalang. Ia peminat wayang kontemporer yang sering dipentaskan oleh Ki Dalang.
“Ki, panjenengan apa lagi bikin pasemon pilpres kemarin, ya. Kok lakon Kubu Kurawa Klaim Kemenangan mirip dengan situasi perpolitikan negeri kita tercinta. Saling klaim menang. Pripun?” tanya anak muda.
“Cerita wayang ibaratnya cermin tingkah laku manusia. Itulah hebatnya para pujangga zaman dahulu, bisa membikin cerita demikian indah, rumit dan penuh intrik. Simaklah kisah-kisah di Mahabharata atau Ramayana, tak semuanya berlagak hitam-putih namun ada juga abu-abunya!” kata KI Dalang. read more