Destarasta gamang

Ki Dalang suka gamang

Prabu Destarasta gamang hati. Ia merasa sudah capek menjadi raja Hastinapura. Kebutaan matanya menjadi hambatan dalam memimpin negara selama ini, apalagi Gandari – permaisuri yang sangat dicintainya itu, ikut-ikutan membutakan mata dengan cara menutupinya dengan secarik kain. Semua keputusan yang ia ambil selalu minta pertimbangan orang-orang terdekatnya, seperti Resi Bhisma, perdana menteri Widura dan tentu saja, Gandari.

Kali ini ia betul-betul pusing memikirkan siapa yang akan menggantikannya menjadi raja Hastinapura. Dalam hati kecilnya, tahta ingin ia serahkan kepada Yudhistira, anak sulung Pandu dan Kunti. Destarasta merasa tahta yang ia duduki selama ini hanya titipan belaka, sekarang saatnya dikembalikan kepada Pandu. Karena Pandu telah tiada maka yang berhak atas tahta adalah anak keturunan Pandu.

Gandari berang betul mendengar pertimbangan suaminya yang akan mengembalikan tahta kepada anak Kunti. Ia telah lama menggadang-gadang Duryodana untuk meneruskan tahta Destarasta. Secara khusus ia telah meminta kepada adiknya – siapa lagi kalau bukan Patih Sengkuni – untuk membimbing dan mempersiapkan Duryodana menjadi raja Hastinapura. Nekjika, Destarasta tetap bersikukuh akan menunjuk Yudhistira, Gandari mengancam akan melakukan makar dengan melibatkan keseratus anak-anaknya. read more

Bima mencari air suci

Istana Hastinapura bagian kiri – tempat tinggal Kunti dan kelima anaknya – terasa menegangkan, pasalnya hingga saat ini mereka menanti kedatangan Bima yang sedang menunaikan tugas dari Profesor Drona untuk mendapatkan air suci yang bernama Tirta Prawita Sari. Kepergian Bima membuat was-was Kunti dan keempat saudaranya, sebab tugas yang diemban Bima itu sungguh berat.

Betapa tidak, tempat air suci itu berada di Gunung Reksamuka, sebuah gunung yang terkenal sangat angker yang dihuni oleh dua raksasa jahat, Rukmuka dan Rukmakala. Arjuna menenangkan hati ibunya, karena ia yakin kalau kakaknya yang perkasa itu mampu melaksanakan tugas seberat apapun.

Tanpa mereka ketahui, ternyata Bima sedang berada di balairung istana menghadap Resi Drona dan Prabu Duryodana untuk melaporkan tugas yang diembannya.

“Guru, air suci Tirta Prawita Sari ternyata tidak ada di Gunung Reksamuka. Saya sudah mengobrak-abrik gunung itu dan bertarung dengan Rukmuka dan Rukmakala. Bahkan keduanya saya taklukkan. Mohon petunjuk guru selanjutnya,” ujar Bima.

Resi Drona dan Duryodana menghela nafas panjang bersamaan. Dalam hati keduanya geram, kenapa Bima bisa kembali ke istana, seharusnya ia sudah tewas dilumat oleh kedua raksasa penunggu Gunung Reksamuka. Drona lalu angkat bicara. read more

Dan Pandawa pun menjadi yatim

Resi Bhisma bangga betul kepada keponakannya yang diangkatnya menjadi Raja Hastinapura saat itu, Pandu Dewanata. Ia adalah keturunan Bharata yang mempunyai sifat rendah hati dan tidak sombong. Semua orang mengakui keluhuran budi pekertinya.

Pandu mempunyai istri yang bernama Kunti, putri Raja Kuntiboja. Sesuai adat di zaman itu, Bhisma minta kepada Pandu untuk mengawini juga Madrim sebagai istri keduanya. Madrim bukan orang sembarangan, sebab ia anak seorang raja.

Sudah menjadi protokoler kerajaan, setiap akhir bulan raja dijadualkan berburu ke dalam hutan. Hari itu, Pandu bersama rombongan kecilnya berangkat ke hutan untuk berburu. Nasib baik menghampiri Pandu, sebab belum lama ia memasuki wilayah hutan ia melihat sepasang rusa sedang merumput. Setelah kenyang, sepasang rusa tersebut melampiaskan hasrat birahi mereka.

Pandu segera memasang busurnya dan melesatkan anak panah ke arah rusa jantan. Tepat mengenai jantungnya. Rusa jantan terjungkal sebelum menuntaskan birahinya. Dengan mata mendelik dan tarikan nafas satu-satu, rusa jantan berbicara kepada Pandu. read more