Prabu Destarasta gamang hati. Ia merasa sudah capek menjadi raja Hastinapura. Kebutaan matanya menjadi hambatan dalam memimpin negara selama ini, apalagi Gandari – permaisuri yang sangat dicintainya itu, ikut-ikutan membutakan mata dengan cara menutupinya dengan secarik kain. Semua keputusan yang ia ambil selalu minta pertimbangan orang-orang terdekatnya, seperti Resi Bhisma, perdana menteri Widura dan tentu saja, Gandari.
Kali ini ia betul-betul pusing memikirkan siapa yang akan menggantikannya menjadi raja Hastinapura. Dalam hati kecilnya, tahta ingin ia serahkan kepada Yudhistira, anak sulung Pandu dan Kunti. Destarasta merasa tahta yang ia duduki selama ini hanya titipan belaka, sekarang saatnya dikembalikan kepada Pandu. Karena Pandu telah tiada maka yang berhak atas tahta adalah anak keturunan Pandu.
Gandari berang betul mendengar pertimbangan suaminya yang akan mengembalikan tahta kepada anak Kunti. Ia telah lama menggadang-gadang Duryodana untuk meneruskan tahta Destarasta. Secara khusus ia telah meminta kepada adiknya – siapa lagi kalau bukan Patih Sengkuni – untuk membimbing dan mempersiapkan Duryodana menjadi raja Hastinapura. Nekjika, Destarasta tetap bersikukuh akan menunjuk Yudhistira, Gandari mengancam akan melakukan makar dengan melibatkan keseratus anak-anaknya. read more