Hari menjelang pagi. Kepala Bambang Setiawan rebah di pangkuan Sawitri. Mereka berdua sedang menikmati kebersamaan yang sebentar lagi dipisahkan oleh maut.
Hembusan angin masuk ke dalam bilik mereka. Hati Sawitri berdebar-debar. Inikah pertanda kedatangan Sanghyang Yamadipati, Dewa Pencabut Nyawa yang berwajah menakutkan itu? Belum juga terjawab pertanyaan di hatinya, kini di hadapan Sawitri berdiri sosok tinggi besar dengan wajah yang menyeramkan. Tak salah lagi, itulah Sanghyang Yamadipati.
“Duhai Sanghyang Yamadipati, saya mohon ditangguhkan barang sejenak prosesi pencabutan nyawa suami saya. Setidaknya hingga matari terbit di ufuk timur.”
“Tidak bisa Sawitri. Sekaranglah waktunya. Aku tak bisa menunggu!” read more