Abiyasa dan ketiga istrinya

Sepeninggal Wicitrawirya dalam usia muda, Bhisma memanggil Rancakaprawa yang saat itu sudah punya jejuluk Begawan Abiyasa sebab ia memilih jalan hidup sebagai seorang pertapa. Sebagai bakti kepada paman yang sangat dihormati kalangan kerajaan Hastinapura, Abiyasa meninggalkan pertapaannya.

Abiyasa tak seperti gambaran pangeran kerajaan pada umumnya yang berwajah tampan atawa gagah perkasa. Ia berkulit hitam, buruk rupa dan berbadan bungkuk. Bhisma yang semula menitipkan tahta kerajaan Hastinapura kepada keponakan, ya Wicitrawirya itu, karena tahta kini kosong maka ia serahkan kepada Abiyasa. Tentu saja, Abiyasa tak bisa menolaknya.

Tak hanya tahta yang dianugerahkan kepadanya, namun janda kembar Wicitrawirya yakni Ambika dan Ambalika juga termasuk dalam daftar warisan yang harus diterima oleh Abiyasa. Pelantikannya sebagai raja Hastinapura sekaligus perayaaan perkawinannya dengan kedua putri kembar nan jelita. read more

Sampyuh

Di peperangan Bharatayuda, Abimanyu berhadapan dengan Lesmana Madrakumara. Siapapun tahu, keduanya mempunyai dendam pribadi yakni perkara asmara.

Arkian, setelah cinta Lesmana Mandrakumara ditolak mentah-mentah oleh Dewi Titisari. Anak gadis Kresna ini memilih dipinang oleh Abimanyu, anak Arjuna dan Sembadra. Tak lama kemudian, Lesmana mencoba memalingkan muka kepada Pregiwa, eh gadis ini ternyata pacarnya Gatotkaca, yang kelak menjadi suaminya. Lagi-lagi Lesmana harus patah hati. Kedua penolakan itu menyebabkan fikiran Lesmana jadi oleng. Hal itulah yang membuat prihatin kedua orang tuanya, Duryodana dan Banowati. Sebagai penerus tahta Hastinapura, sungguh memalukan perilaku Lesmana tersebut.

Nyi mBlenek – emban setia Banowati – dengan telaten merawat Lesmana agar anak muda ini tegar kembali. Saban hari Nyi mBlenek memberikan pelajaran tentang cinta. Dasar otak Lesmana yang lemah, ia kesulitan menerima saran dan nasihat Nyi mBlenek. read more

Pesan terakhir Bhisma

Satu demi satu anak panah Srikandi melesat dan menancap di tubuh Resi Bhisma. Kini ada puluhan anak panah yang tertancap di seluruh tubuh Resi Bhisma, sesepuh Wangsa Bharata yang kini tengah bertikai di Padang Kurusetra.

Bhisma roboh.

Namun ia belum tewas. Nafasnya masih teratur meskipun dadanya dipenuhi oleh anak panah. Sukmanya belum mau meloncat dari raga Bhisma. Sungguh menyedihkan keadaan Bhisma saat itu. Orang tua yang sangat dihormati oleh para Kurawa dan Pandawa itu tergeletak di tengah lapangan, namun tubuh Bhisma tak menyentuh tanah sebab belasan anak panah telah menyangga tubuh rentanya.

Suasana demikian hening. Tak ada yang berani berteriak, bahkan untuk berbisik pun enggan. Srikandi ikut mematung. Ia tak menyangka telah mengalahkan Resi Bhisma yang terkenal dengan sakti mandraguna. Hanya Bhisma yang tahu kalau bukan Srikandi yang melawannya, namun Amba, perempuan masa lalu yang hatinya tersakiti oleh kesombongan Bhisma. Amba telah merasuk ke badan wadak Srikandi untuk melunaskan dendam kesumatnya terhadap Bhisma yang sampai masa tuanya tetap memilih jomblo itu.

Bhisma memanggil Arjuna yang berada di belakang Srikandi, supaya mendekat kepadanya. Bergegas Arjuna mendekati kakek yang sangat dihormatinya itu samabil bersimpuh.

“Letakkan tiga anak panah di kepalaku, Jun. Supaya nyaman tidurku,” ujar Bhisma. read more