Di peperangan Bharatayuda, Abimanyu berhadapan dengan Lesmana Madrakumara. Siapapun tahu, keduanya mempunyai dendam pribadi yakni perkara asmara.
Arkian, setelah cinta Lesmana Mandrakumara ditolak mentah-mentah oleh Dewi Titisari. Anak gadis Kresna ini memilih dipinang oleh Abimanyu, anak Arjuna dan Sembadra. Tak lama kemudian, Lesmana mencoba memalingkan muka kepada Pregiwa, eh gadis ini ternyata pacarnya Gatotkaca, yang kelak menjadi suaminya. Lagi-lagi Lesmana harus patah hati. Kedua penolakan itu menyebabkan fikiran Lesmana jadi oleng. Hal itulah yang membuat prihatin kedua orang tuanya, Duryodana dan Banowati. Sebagai penerus tahta Hastinapura, sungguh memalukan perilaku Lesmana tersebut.
Nyi mBlenek – emban setia Banowati – dengan telaten merawat Lesmana agar anak muda ini tegar kembali. Saban hari Nyi mBlenek memberikan pelajaran tentang cinta. Dasar otak Lesmana yang lemah, ia kesulitan menerima saran dan nasihat Nyi mBlenek.
Pada suatu hari, Nyi mBlenek menghibur hati Lesmana untuk melamar gadis yang bernama Siti Sundari, anak angkat Kresna yang juga adik angkat Dewi Titisari. Nggak dapat kakaknya, siapa tahu dapat adiknya. Usul Nyi mBlenek disetujui Lesmana dan keluarga besar Hastinapura. Maka, dikirimlah utusan ke Kerajaan Dwarawati tempat Kresna berkuasa.
Dengan tangan terbuka Kresna menerima pinangan keluarga Hastinapura. Betapa girang hati Lesmana. Sejak saat itu hari-harinya dipenuhi oleh bayangan wajah cantik Siti Sundari. Tiada hari tanpa rindu.
Abimanyu yang mendengar pinangan Lesmana diterima oleh Siti Sundari menjadi panas hati, sebab diam-diam ia suka kepada ipar angkatnya itu. Ia ingin menjadikan Siti Sundari istri kedua. Ia merencanakan sebuah siasat yang melibatkan seluruh kekuatan Pandawa.
Singkat cerita, Siti Sundari berhasil diperistri oleh Abimanyu. Siti Sundari mengirim pesan kepada Lesmana: kita seperti sepasang sepatu, selalu bersama tetapi tidak bisa bersatu. Lesmana patah hati lagi, dengan ditambah dendam kesumat kepada Abimanyu. Kelak, aku ingin membunuh Abimanyu dengan tanganku sendiri.
Padang Kurusetra senyap, ketika dua ksatria itu saling merentangkan anak panahnya masing-masing. Lesmana dalam keadaan konsentrasi penuh. Demikian pula dengan Abimanyu. Tass…! Kedua anak panah melesat, mencari sasaran tembak. Anak panah Abimanyu menembus jantung Lesmana, sementara anak panah Lesmana mengenai mata kanan Abimanyu.
Keduanya tak segera tumbang. Lesmana segera melesatkan anak-anak panah berikutnya. Semuanya menancap di tubuh Abimanyu. Kini tubuhnya mirip landak.1
Keduanya tumbang. Sampyuh.2
Seorang perempuan berlari ke arah Lesmana yang nafasnya tinggal satu-satu dan memeluknya. Dialah Siti Sundari. Lesmana menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Siti Sundari.
Catatan kaki:
1Suatu ketika, Abimanyu melamar Dewi Utari untuk menjadi istrinya. Dewi Utari bertanya kepada Abimanyu apakah sudah punya istri sebelumnya. Abimanyu berbohong kalau ia belum punya seorang istri sama sekali, padahal ia sudah punya dua istri. Abimanyu bersumpah kalau ia berbohong kelak ia tewas terlihat seperti landak.
2Istilah dalam bahasa Jawa yang berarti mati secara bersamaan.