Bunyi-bunyian gamelan bertalu-talu ketika Pasukan Kurawa memasuki alun-alun Hastinapura. Ki Dalang ngos-ngosan setelah memerankan suara Patih Sengkuni yang sengau.
“Kita istirahat dulu. Capek ndalang dari tadi!” teriak Ki Dalang.
Para nayaga manut saja perintah Ki Dalang. Pementasan lakon menangkap Drupada memang menguras tenaga Ki Dalang, apalagi sejak tadi Ki Dalang kebelet pipis. Bergegas ia menuju toilet untuk menuntaskan hajatnya.
Sekembalinya dari toilet, kopi hitam telah tersaji untuknya. Ketika ia selesai menyeruput kopi yang masih panas itu, ada seorang anak muda menghampiri Ki Dalang. Ia peminat wayang kontemporer yang sering dipentaskan oleh Ki Dalang.
“Ki, panjenengan apa lagi bikin pasemon pilpres kemarin, ya. Kok lakon Kubu Kurawa Klaim Kemenangan mirip dengan situasi perpolitikan negeri kita tercinta. Saling klaim menang. Pripun?” tanya anak muda.
“Cerita wayang ibaratnya cermin tingkah laku manusia. Itulah hebatnya para pujangga zaman dahulu, bisa membikin cerita demikian indah, rumit dan penuh intrik. Simaklah kisah-kisah di Mahabharata atau Ramayana, tak semuanya berlagak hitam-putih namun ada juga abu-abunya!” kata KI Dalang.
“Kalau boleh tahu, Ki, siapa di antara Yudhistira dan Duryodana yang bakal diangkat menjadi pangeran mahkota yang kelak mengganti Prabu Destarasta?” tanya anak muda.
“Menurutmu siapa yang pantas menjadi pangeran mahkota Hastinapura?” Ki Dalang ganti bertanya.
“Saya sih memilih Yudhistira. Ia berhak mendapatkan kemenangan sebab Raja Drupada takluknya kepada Pandawa,” papar anak muda.
“Ya, kamu ndak salah. Sayangnya, jalan ceritanya ndak demikian mulus. Akan terjadi perdebatan sangat panjang di hadapan para petinggi Hastinapura. Di sana ada Prabu Destarasta, Resi Drona, Resi Bhisma, Perdana Menteri Widura, yang masing-masing mempunyai pendapat siapa yang dianggap sebagai pemenang,” ungkap Ki Dalang.
“Waduh… padahal sudah jelas, siapa yang menangkap Drupada. Kan Pandawa. Lalu siapa nanti akhirnya yang menentukan pemenangnya, Ki?” tanya anak muda.
“Prabu Drupada!” jawab Ki Dalang mantap.
“Loh, kok bisa?” tanya anak muda terkejut.
“Prabu Drupada nanti bercerita secara jujur siapa sebetulnya yang berhasil melumpuhkan dan menangkapnya!” tutur Ki Dalang sambil berjalan menuju tempat duduknya ketika mendalang.
Anak muda terbengong. Mau tidak mau ia harus menunggu Ki Dalang menuntaskan lakon. Namun, ia sangat berharap kalau Pandawa pemenangnya. Bukan Kurawa. Ia yakin, Prabu Drupada adalah pasemon yang digunakan oleh Ki Dalang untuk mewakili rakyat kebanyakan.
Kalaupun nanti Pandawa yang bukan ditetapkan sebagai pemenang, ia sangat yakin dengan falsafah yang ia yakini kebenarannya: wani ngalah dhuwur wekasane.