Tumpukan nisan tanpa nama di museum ini membuatku tercekat menahan haru, membayangkan keluarga yang ditinggalkan tanpa tahu kejelasan nasib anak atau suami. Bagaimana perasaan orang yang tahu bahwa ia akan terkubur tanpa tanda pengenal?
[Monda Siregar dalam Blogger Walking hal 25]
Saya termasuk orang yang beruntung, sebab paling ndak dalam setahun dapat melakukan traveling dengan memanfaatkan cuti kantor yang saya ambil. Akan lebih beruntung lagi, nekjika ada tanggal-tanggal merah berderet tiga – ditambah pas ada bajet, tentu saja – dapat saya manfaatkan untuk traveling. Kadang libur sabtu-minggu saya manfaatkan juga untuk traveling jarak dekat. Tujuannya untuk menyegarkan jiwa dan fikiran setelah sekian lama berkutat masalah pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya.
Tentu Anda setuju kalau saya bilang traveling itu banyak sekali manfaatnya. Setidaknya saya mencatat beberapa manfaat di antaranya (1) Traveling dapat membuka wawasan kita. Tak terbatas pada pengetahuan dan pengalaman, misalnya bagi pelajar, nilai 9 pelajaran sejarah tak ada artinya jika ia belum pernah masuk museum atau mendatangi situs sejarah yang diajarkan di sekolah. Bagi pengusaha, traveling akan membuka wawasan bisnisnya; (2) Dengan traveling, kita belajar bertoleransi. Ternyata di luar dunia/lingkungan kita terdapat aneka macam bahasa, adat dan budaya yang sangat berbeda dengan milik kita; dan (3) Traveling sebagai investasi memori di masa depan.
Itulah yang saya catat setelah membaca buku Blogger Walking kiriman mBak Monda Siregar yang saya terima tiga hari yang lalu. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Sixmidad (Jakarta, Mei 2014) ini merupakan kumpulan cerita traveling Warung Blogger, yang melakukan perjalanan di tlatah Sumatera, Jawa dan Bali, Kalimantan, dan Asia. Mereka menuliskan perjalanan (dan melengkapinya dengan foto-foto indah) tentunya sebagai investasi di masa depan. Dan beruntunglah saya yang ikut ‘menikmati’ perjalanan mereka yang disajikan dalam bentuk tulisan.
Pada buku setebal 200 halaman ini, beberapa tempat yang diceritakan saya pernah mendatanginya dan ada paragraf membuat saya tersenyum saat membacanya, sebab saya pun sering melakukan hal yang sama: Dulu aku pernah lihat FTV syuting di sana, dan berharap kelak aku bisa duduk di sana sambil menikmati dinner dan disapa sunset yang manis. Yeahhhhhh, khayalanku jadi nyata loh (Pesona Senja Romantis Pantai Jimbaran Bali – Aryani Noviana Sari, hal 137).
Memang, lokasi syuting FTV (apalagi pemeran utamanya si PWN itu) sering menggiurkan untuk kita datangi, seperti Dataran Tinggi Dieng, Bromo, Bali, atau Yogyakarta, yang semuanya masih di wilayah Nusantara – tentu akan mudah dijangkau.
So, fasten your seatbelt and enjoy the journey!