Buku tabungan berwarna biru tua itu tergenggam erat di tangan Gino. Office boy kesayangan Mas Suryat itu matanya menerawang ke arah plafon, entah apa yang menjadi fokusnya. Adakah sarang laba-laba atau sepasang cicak yang sedang kasmaran, hingga mata Gino tak berkedip cukup lama.
“No, berita di koran kemarin ada orang mati mendadak gara-gara melamun akut seperti kamu ini.”
“Eh, pak Suryat. Bikin kopinya sekarang?”
“Awakmu nglamunke apa?”
Ditanya seperti itu, Gino malah membik-membik bibirnya. Berasa mau mewek. Mas Suryat bingung. Ia pun segera menggeser kursi dan duduk di dekat Gino. read more