Sebelum ke Balikpapan, Kediri dulu

Sebelum libur tahun baru kemarin saya makan siang dengan Mas Purwo di restoran sebuah hotel bintang 3+ di bilangan tak jauh dari kantor saya. Kami lama tak berjumpa, pertemuan kemarin sebagai ajang silaturahim biar ndak putus di tengah jalan.

Sekedar mengingatkan, tulisan tentang Mas Purwo pernah saya bikin di antaranya: KosongKebiasaan makan yang baik atau Sedikit di bawah standar cara jitu menikmati hidup.

Penampilannya masih sama ketika terakhir saya bertemu dengannya, hanya kini ia mengenakan cincin batu akik berwarna hijau.

“Waduh, ikutan sindrom pakai akik mas? Jenis mata kucing, nih?” tanya saya. read more

Jangan menunda bayar zakat

Semesta ini sejak awal penciptaan sudah balance, dan selanjutnya – setiap saat – semesta akan mencari keseimbangannya sendiri. Manusia yang merupakan bagian sangat kecil dari semesta, tentu saja akan mengikuti hukum keseimbangan tersebut. Kaitannya dengan harta-benda, apa yang kita punya ada hak orang lain yang mesti kita bayarkan, yakni zakat.

Sungguh keterlaluan jika ada orang yang nggak sudi membayar zakat, sebab membayar zakat itu wajib hukumnya. Sebetulnya, nilai zakat nggak besar-besar amat, hanya kisaran 1/40 saja. Kadang kita merasa eman terhadap harta jika mesti dipotong 1/40-nya. Kalau sudah merasa membayar zakat, hati ini kadang berkata: toh sudah membayar zakat, ngapain juga bersedekah. Pendapat tersebut salah Bro. Seperti disebutkan di muka, zakat itu wajib sedangkan sedekah adalah perbuatan yang sangat baik nekjika dilakukan.

Lanjutannya baca di sini.

Menderas Qur’an

Pada sebuah mesjid yang agung, Mas Suryat membuka kitab suci dan membacanya. Aktifitas ini dilakukan sambil menunggu azan berkumandang atawa memanfaatkan jeda waktu setelah shalat maghrib menuju saat shalat isya. Tanpa disadari di sebelahnya telah duduk lelaki setengah baya yang di wajahnya terpancar kesejukan.

Ia menyalami Mas Suryat. “Assalamualaikum. Saya Anshori dari Lumajang. Sampeyan?” Mas Suryat menyebutkan nama dan asalnya.

“Sudah khatam berapa kali di mesjid ini?”

“Baru separoh, sepertinya nggak bakalan mengkhatamkan, soalnya besok saya pulang ke Tanah Air.”

“Maaf, pertanyaan saya tadi bukan untuk menghakimi Sampeyan. Sebelumnya punya target mengkhatamkan Qur’an di Tanah Haram ini?” 

“Betul. Tidak tercapai khatam mungkin bacaan saya masih grutal-gratul. Belum lancar betul.” read more