Tentang tetangga

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya”
~Nabi Muhammad~

Saya tak hendak ngrasani pribadi tetangga kiri-kanan, karena perbuatan itu masuk kategori saru, ora ilok. Menjadi tetangga yang baik adalah menjadi kewajiban kita dalam hidup bermasyarakat. Nekjika Anda sekarang tinggal di kota (besar) dan masa kecil Anda dulu tinggal di pedesaan, tentu saja hidup bertetangga sudah beda harmoninya. Tapi kepedulian tetangga masih kita rasakan hingga sekarang, karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial.

(1)

Ketika ada seorang yang kesripahan (anggota keluarga meninggal dunia), dan keluarga lainnya sibuk meraung-raung menangisi kepergian orang yang dikasihi, serta merta para tetangga akan datang. Ada saja yang dikerjakan mereka secara spontan. Ada yang menghubungi pak mantri atawa dokter untuk memastikan kalau seseorang itu sudah marhum. Ada yang segera mengambil tenda/terpal atawa apapun namanya plus kursi, lalu mereka tata di depan rumah si marhum. Ada yang menghubungi pengurus RT, mewartakan sebuah kabar duka misalnya lewat pelantang suara di masjid. Ada yang segera membeli perlengkapan penguburan, mengurus tempat pemakaman dan aktivitas lain yang tak mungkin dikerjakan oleh keluarga yang kesripahan tadi.

(2)

Ketika mendengar kabar ada sebuah keluarga yang salah satu anggotanya sakit, para tetangga setidaknya akan menengok ke rumahnya, lalu kalau si sakit perlu dibawa ke rumah sakit ia segera menawarkan mengantar ke RS dengan mobilnya. Ketika si sakit dirawat di rumah sakit, para tetangga akan saling membuat janji kapan bisa membezoek bersama-sama. Mereka ke rumah sakit tidak dengan tangan kosong, bahkan bagi yang sedang sempit rejekinya rela berhutang demi membawakan oleh-oleh bagi si sakit. read more

Jagalah lisan dan jemari juga

Nasihat orang bijak zaman dulu supaya kita menjaga lisan masih sangat relevan hingga sekarang. Menjaga lisan berarti menjaga lidah, supaya ia memberikan ucapan yang baik dan bermanfaat. Orang bijak juga memberi pelajaran bahwa tajamnya lidah melebihi tajamnya pedang. Orang yang tertusuk pedang bisa melupakan sakit dan perihnya luka, namun jika hati tertusuk tajamnya lidah, bekasnya terasa seumur-umur.

Zaman semakin modern, tak hanya lisan yang mesti terjaga tetapi juga jemari kita. Mungkin mulut kita terkunci rapat-rapat saat online, namun jemari kita sangat aktif dan lincah menari-nari di atas papan-kunci.  Ya, di layar monitor kita sering lepas kendali terhadap jemari-jemari kita.

Pergaulan kita saat ini mayoritas ada di dunia maya. Dunia yang pernah saya gambarkan sebagai ruang yang tak diketahui di mana sudutnya, ada berapa pintu dan jendela, berbentuk bulat atawa kotak, namun kita dapat berlama-lama berada di sana. Di dunia maya ada hubungan interaksi yang disebut sebagai jejaring sosial. read more

Memberi tak pernah rugi

Sanak saudara, teman dan kenalan yang kesulitan juga saya bantu. Karena membantu orang tak membuat saya miskin. Bila ditahan uang itu juga tak membuat saya lebih kaya.
(Dikutip dari jawaban seorang hakim yang diwawancarai wartawan TEMPO)

Kita ingat, hitungan paling dasar dari matematika adalah KALIBATAKU (kali, bagi, tambah dan kurang). Dalam prinsip bersedekah, hitungan matematika menjadi sangat ajaib. Bersedekah berarti membagi yang hasilnya bukan menjadi sedikit justru berkali lipat sedangkan kalau mengurangi hasilnya nanti akan bertambah banyak. Ingat, bersedekah bukan untuk diwacanakan, namun dipraktekkan!

Ada orang beranggapan kalau sudah berzakat nggak perlu lagi bersedekah atawa bahkan menyamakan keduanya. O, itu nggak bener. Zakat ada hitung-hitungannya yang jelas dan adil, ia wajib ditunaikan. Sedangkan sedekah jumlahnya tidak ditentukan, tidak wajib ditunaikan namun akan jauh lebih baik nekjika dilakukan dalam keadaan lapang atawa sempit. Tak ada orang jatuh miskin gara-gara membayar zakat atawa memberikan sedekah.

Di harta kita ada hak orang miskin, makanya dizakati. Rejeki yang sampai di tangan kita, pasti ada peran orang lain, makanya kita memerlukan bersedekah.

Mulai sekarang ubah paradigma dan kebiasaan bersedekah kita “sedikit tapi ikhlas” menjadi “banyakan dikit, ikhlas dan terus-terusan“.