Menjadi ibu

Sarmintara tak sabar menunggu bulan Desember. Kemarin dulu ia mendatangi biro perjalanan umroh, mendaftarkan atas nama dirinya dan ibunya. Tabungan yang ia mulai sejak lima tahun lalu, telah cukup untuk pergi umroh berdua.

“Memang sudah menjadi keinginan saya mengajak ibu ke Tanah Suci, pak haji,” ujar Samintara kepada Mas Suryat, di serambi masjid sambil menunggu dimulainya ibadah shalat Jumat.

“Alhamdulillah, mas. Insya Allah semua urusan lancar ya. Jadi mau berangkat dari mana, Jakarta atau Surabaya?” tanya Mas Suryat.

“Ambil Surabaya saja, pak haji. Lagian saya bisa mendampingi ibu mulai dari keberangkatan dari Jember,” jawab Sarmintara.

Mas Suryat menyarankan kepada Sarmintara untuk segera membikin paspor, agar jauh-jauh hari sudah memegang dokumen imigrasi. Selebihnya, biar Gusti Allah yang mengatur semuanya.

Ada luapan rasa syukur dalam setiap tarikan nafasnya. Mas Suryat jadi teringat kisah sahabat Kanjeng Nabi yang bernama Uwais al Qarni. Ia menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Tentu hal ini merupakan perjalanan yang sulit dan berat. Ibu Uwais yang lumpuh mempunyai keinginan pergi haji sebelum ajal menjemputnya. Sebagai anak yang berbakti kepada ibunya, Uwais mewujudkan keinginan mulia tersebut.

Uwais menggendong ibunya ketika melakukan tawaf mengelilingi Kabah, demikian juga rangkaian ibadah haji yang lain.

“Seandainya saya diperbolehkan terlahir kembali ke dunia, saya ingin menjadi ibunya ibu saya. Saya akan merawat ibu saya tersebut sejak ia di kandungan saya hingga ia bisa mandiri. Itu mungkin satu-satunya cara saya membalas kebaikan ibu selama ini,” tutur Sarmintara berlinang air matanya.

Mas Suryat pernah sekali diajak ke kota Jember oleh Sarmintara menjenguk ibunya yang tengah sakit. Di sana ia tinggal bersama dua adik Sarmintara, sementara ia sendiri bekerja di ibukota.

Kapan-kapan ibu saya ajak ke Tanah Suci. Mulai sekarang saya akan menabung. Lihatlah, bu, saya sudah membuka tabungan. Bisik Sarmintara kepada ibunya ketika Sarmintara pamit kembali ke ibukota.

“Cukuplah ridho dari ibu yang akan membawa saya ke surga,” ujar Sarmintara kepada Mas Suryat yang masih terkenang kisah Uwais al Qarni.