Akik

Sahabat saya yang bernama Sapto Pancawaja itu memamerkan batu-batu akik yang menghiasi jemari tangannya. Saya tak begitu paham ketika ia menyebut nama-nama akik klangenan-nya tersebut.

“Yang warna hijau ini berasal dari sungai Luk Ulo. Aku mendapatkannya dengan cara bertapa. Batu ini hasil evolusi bumi jenis lava basalt,” ia mulai membual, saya rasa.

“Sampeyan malah seperti Tessy Srimulat, semua jari kok dipasangi akik. Nggilangi,” tukas saya.

“Akik yang ini aneh, sering keluar penampakan seorang perempuan!” katanya dengan masih menunjuk ke akik yang berwarna hijau tersebut.

“Ah.. sing bener?” tanya saya penasaran.  read more

Bi Encih pensiun

Karena pertimbangan rasa yang mendalam, bulan ini kami memensiunkan Bi Encih yang sudah 21 tahun membantu kami membereskan pekerjaan rumah sehari-hari.

Ia bekerja di rumah kami paruh waktu saja, dari pagi hingga tengah hari, selama lima hari. Sabtu dan Minggu libur. Dua tahun belakangan, ketika kesehatannya mulai terganggu ia bekerja hanya tiga hari, setiap Senin, Rabu dan Jumat. Dari dahulu pekerjaannya sama: ngepel lantai dan menyetrika pakaian. Selebihnya kami yang  mengerjakan pekerjaan rumah.

Ada tambahan pekerjaan untuknya ketika kami mudik lebaran dan rumah dalam keadaan kosong, maka ia yang akan menengok dan membersihkan rumah sehingga pada saat kami kembali dari mudik tak perlu repot-repot membereskan rumah yang berantakan.  read more

Rangkaian perjalanan cerita di awal tahun

Hakekatnya hidup ini rangkaian perjalanan belaka, berangkat dari kehendak Tuhan hingga kembali kepada kehendak Tuhan. Tak berlebihan jika dalam pepatah Jawa kalau urip mung mampir ngguyu, artinya cuma sebentar saja karena destinasi perjalanan setelah hidup di dunia masih ada rangkaian perjalanan lagi di alam kekal kelak.

Bagaimana tidak mung mampir ngguyu, sebab hidup di dunia ini ndak perlu diratapi, ndak perlu nggresula, jalani saja. Bukankah hidup ini penuh kelucuan sehingga perlu sering diselingi dengan ketawa kita? read more