Mengisi waktu saat pesawat delay

Posisi saya saat tulisan ini saya bikin ada di ruang tunggu Bandara Solo. Jadwal terbang yang seharusnya jam 16.50 ditunda hingga jam 19.15 nanti. Pihak penerbangan sudah ngasih jatah tali asih berupa fried chicken plus air mineral. Ada beberapa penerbangan yang terlambat, sehingga ruang tunggu riuh rendah alih-alih tak terdengar gerutuan para penumpang.

Daripada bosen menunggu saya gunakan waktu yang ada untuk amati tingkah polah para penumpang. Beberapa di antaranya bolehlah saya bagikan di sini:

[1]

Seorang penumpang laki-laki kedapatan membawa korek api gas yang disimpan di saku celananya. Ia ngeyel kenapa tidak diperbolehkan membawa pemantik api semacam itu. Dengan sabar petugas AP menjelaskan peraturan penerbangan. Dari penampilannya, penumpang tersebut sepertinya orang terpelajar dan sudah biasa naik pesawat terbang. Saya tak tahu kelanjutan kejadian tersebut, namun yang saya lihat ketika melewati orang tersebut, istrinya diam-diam merekam kejadian dengan ponsel pintarnya dan barangkali akan diunggah ke yutub. read more

Gulai kepala ikan kakap

Tokoh kita yang bernama Kamingsun yang pinter mengelola hutang itu, saban hari saat berangkat dan pulang kerja selalu melewati Rumah Makan Padang “Sederhana”. Meskipun namanya sederhana, rumah makan ini tarifnya tidak murah. Bangunannya terbilang besar dan mewah, dengan parkiran yang luas. Pada saat makan siang, area parkirnya akan dipenuhi aneka mobil dan semua kursinya terisi semuanya. Pegawainya banyak dan berseragam batik berwarna biru.

Pernah sekali-kalinya, Kamingsun ditraktir bosnya makan di sana. Ia masih ingat interior rumah makan tersebut. Ruang terbagi menjadi dua, sebelah kanan diperuntukkan bagi para perokok dan bagi yang tidak mau terkena asap rokok disediakan ruang yang lebih luas dan berpendingin udara. Pada dinding ruangan dipasang foto-foto para tokoh nasional yang pernah makan di sana. Hiasan dinding yang lain berupa poster besar tentang keindahan alam Tanah Minang seperti Danau Maninjau, Lembah Anai (terlihat ada kereta api yang melintas), Ngarai Sianok, dan tentu saja Jam Gadang. read more

Mengenai MOS itu

MOS atau apa pun namanya itu, saya tak punya pengalaman menjalaninya sama sekali. Saat saya masuk SMP dan SMA tidak ada yang namanya mos-mosan, seperti yang lazim terjadi saat ini ketika memulai tahun ajaran baru. Bahkan ketika saya masuk bangku kuliah (1986) tak ada Ospek. Lagi-lagi, saya tak mengalami perpeloncoan oleh para senior. Waktu itu bangsa Indonesia sedang elok-eloknya menghayati dan mengamalkan ajaran Pancasila untuk semua lapisan masyarakat. Untuk mahasiswa baru (waktu itu) kebagian Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) Pola 100 jam. read more