Tumpukan map di meja saya buka satu per satu. Setiap sore sebelum pulang, Lastri selalu menyiapkan beberapa dokumen yang harus saya tanda tangani esok harinya. Saya teliti, ada dua draft surat yang janggal. Weladalah, tumben Lastri membuat kesalahan yang sepele tapi bisa fatal akibatnya. Ah, jangan-jangan ini terkait dengan wajah cemberutnya kemarin.
Pagi-pagi begini sebetulnya malas bagi saya untuk memberikan kuliah kepada anak buah yang melakukan kesalahan. Bisa dibayangkan kalau anak buah sebelum berangkat ke kantor sudah memendam persoalan di rumahnya, lalu sesampainya di kantor kena semprot atasannya. Bisa jadi dunia kiamat baginya. Ya, paling tidak menunggu sampai suasana hati terbaur dengan ritme kerja di kantor.
Pucuk dicita ulam tiba. Tanpa saya panggil Lastri datang ke ruangan saya. read more