Malam mingguan di Tugu, bunga mawar dan sopir taksi

Sejak Sabtu (30/4) pagi kemarin saya berada di Jogja. Mumpung malam Minggu acaranya free, saya janjian sama Kika untuk bertemu di sekitaran Tugu. Kami menikmati makan malam di Angkringan Pak Jabrik depan KR, setelah itu baru berjalan ke Tugu.

Kami duduk-duduk di sisi tenggara Tugu. Di sana terdapat miniatur Tugu Jogja yang ‘asli’ yakni Tugu Golong Gilig.  Tugu ‘asli’ tersebut dibangun sekitar tahun 1755, melambangkan Manunggaling Kawula-Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan Belanda. Tiang tugu berbentuk gilig (silinder) dan pada puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga dinamakan Tugu Golong Gilig. Ketinggian bangunan Tugu ini konon mencapai 25 meter. Tugu yang berdiri saat ini dibikin oleh Belanda tahun 1889 setelah Tugu Golong Gilig roboh akibat gempa bumi dahsyat yang menggoncang Jogja. read more

Pernikahan nenekku

Kartu undangan pernikahan berwarna krem yang tergenggam erat di tanganku bertarikh Senin Pon, 13 April 2036. Ukiran nama pengantin yang tersemat di sana: Wiji Rahayu dengan Broto Kusumo. Wiji Rahayu adalah nama nenekku, ibu dari mamaku.

Di halaman sebaliknya tertulis sebuah sajak agak panjang, berulang-kali aku membacanya karena aku sangat menyukainya.

cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya
cinta Romeo kepada Juliet si majnun Qais kepada Laila
belum apa-apa
temu-pisah kita lebih bermakna
dibandingkan temu-pisah Yusuf dan Zulaikha
rindu-dendam kita melebihi rindu-dendam Adam
dan Hawa read more

Juli #2

Tangan Tuhan Nomer 1 bersama ibunya Juli pada H-1 Wisuda telah tiba di kota Paling Ngangeni se-Nusantara untuk mendampingi Juli saat wisuda nanti. Semua orang yang mengenal Juli bangga kepadanya.

Beberapa hari kemudian, ketika Juli sudah mendapatkan ijazah dan transkip nilai, Tangan Tuhan Nomer 1 menghubungi Tangan Tuhan Nomer 6 supaya mencarikan pekerjaan bagi Juli. Berkas CV, ijazah dan transkip nilai segera dikirim via email ke Tangan Tuhan Nomer 6. read more