Rukun agawe santosa

Di kampung saya dulu, banyak rumah yang dindingnya dihias dengan gambar/patung tempel (hanya kepala) Punakawan: Semar, dan ketiga anaknya Gareng, Petruk dan Bagong. Susunan ada yang seperti gambar di samping ini atawa posisi ketiga anak wajahnya menghadap Semar.

Jika Punakawan tersebut berujud poster biasanya disertai tulisan “Ojo Dumeh/Jangan Mentang-mentang” atawa “Rukun Agawe Santosa/Rukun membuat sentosa”. Sebuah pesan yang sangat membumi bagi masyarakat Jawa.   read more

Kenangan di Boulevard UGM

Ketika saya menjadi mahasiswa UGM pertengahan tahun 1990-an lalu, cukup banyak beraktivitas di sekitar Jl. Pancasila a.k.a Boulevard UGM. Selama masa kuliah saya, tempat ini dijadikan ruang untuk menggelar berbagai macam kegiatan mahasiswa, baik di bidang kesenian maupun olah raga.

Saya ingat betul, di sisi kiri Boulevard ada Gelanggang Mahasiswa. Kegiatan paling fenomenal adalah Ramadhan di Kampus yang dipandegani oleh Jamaah Shalahuddin UGM (waktu itu UGM belum punya mesjid). Jamaah shalat taraweh membludak hingga ke jalan raya (bahkan di median jalan, tempat favorit sebab duduk di atas rerumputan), dengan khotib dosen terkenal yang isi khotbahnya mencerahkan fikiran para mahasiswa, ada Pak Amien Rais, Pak Watik Pratiknya, Pak Afan Gaffar, Pak Damarjati Supajar dan sebagainya. Pernah ada satu sesi setelah taraweh digelar pembacaan puisi oleh sastrawan ternama seperti Emha Ainun Najib, Sutardji Calzoum Bachri dan pelawak Asmuni Srimulat.

Di Gelanggang Mahasiswa juga sering digelar acara pameran buku. Di belakangnya, terdapat Koperasi Mahasiswa UGM. Kalau mau cari stiker aneka Fakultas yang ada di UGM bisa mendapatkannya di sini. read more

Selamat pagi Jakarta

Pada Februari 1989, saya dan kawan-kawan sowan ke rumah Pak Koes untuk melakukan wawancara dan mohon restu karena kami akan berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM) Tingkat Nasional. Kami, sekelompok mahasiswa Fak. Geografi UGM melakukan penelitian terhadap kebijakan Pak Koes dalam menata pedagang kaki lima (PKL) yang biasa mangkal di kampus (seperti yang diamati oleh Mr. Rigen di atas). Dalam LKIM tersebut kami meraih juara I Tingkat Nasional untuk Kategori Humaniora. (Dari artikel Mr. Rigen menakar Prof. Koesnadi)

Ini kisah pertama kali saya menginjakkan kaki di Jakarta, ibukota Negara Republik Indonesia. Arkian, di pertengahan tahun 1989 saya termasuk salah satu dari puluhan mahasiswa UGM yang akan berangkat ke Jakarta untuk berlaga di Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM). Jakarta yang sebelumnya saya kenal dari film-film bioskop Benyamin S di mana ikon yang ditampilkan kalau nggak Tugu Monas, Tugu Selamat Datang atawa Patung Pancoran. read more