Membaca artikel Nostalgia Papringan-nya mBak Prih, mau ndak mau kenangan di masa kecil dulu muncul di benak ini. Saya ingin ikut bernostalgia pada sebuah papringan yang berada di belakang rumah.
Rumpun bambu yang saya maksud itu bukan merupakan properti keluarga saya, tetapi milik Pakde Wiryo. Papringan jadi pertanda pembatas tanah, tumbuh di pinggir kalen/sungai kecil. Di bawah papringan tersebut menjadi tempat favorit anak-anak untuk beraktivitas dolanan: benthik, kelereng, sarsur kulonan, pasaran, dan sebagainya. Tempatnya sangat sejuk.
Saya ingat, di salah satu sudut ada kuburan kecil, tempat bersemayamnya janin mBokde Wiryo yang lahir miskram. Setiap malam jumat selalu ada kembang setaman yang ditaburkan di atasnya. Kami yang bermain di sana pada waktu siang hari tak ada rasa takut, tetapi kalau hari sudah malam tak satupun dari kami berani sendirian melewati papringan tersebut.
Waktu kecil kami sangat akrab dengan papringan itu. read more