Kenangan di Boulevard UGM

Ketika saya menjadi mahasiswa UGM pertengahan tahun 1990-an lalu, cukup banyak beraktivitas di sekitar Jl. Pancasila a.k.a Boulevard UGM. Selama masa kuliah saya, tempat ini dijadikan ruang untuk menggelar berbagai macam kegiatan mahasiswa, baik di bidang kesenian maupun olah raga.

Saya ingat betul, di sisi kiri Boulevard ada Gelanggang Mahasiswa. Kegiatan paling fenomenal adalah Ramadhan di Kampus yang dipandegani oleh Jamaah Shalahuddin UGM (waktu itu UGM belum punya mesjid). Jamaah shalat taraweh membludak hingga ke jalan raya (bahkan di median jalan, tempat favorit sebab duduk di atas rerumputan), dengan khotib dosen terkenal yang isi khotbahnya mencerahkan fikiran para mahasiswa, ada Pak Amien Rais, Pak Watik Pratiknya, Pak Afan Gaffar, Pak Damarjati Supajar dan sebagainya. Pernah ada satu sesi setelah taraweh digelar pembacaan puisi oleh sastrawan ternama seperti Emha Ainun Najib, Sutardji Calzoum Bachri dan pelawak Asmuni Srimulat.

Di Gelanggang Mahasiswa juga sering digelar acara pameran buku. Di belakangnya, terdapat Koperasi Mahasiswa UGM. Kalau mau cari stiker aneka Fakultas yang ada di UGM bisa mendapatkannya di sini.

Di dekat Bunderan UGM, ada Bank BNI. Di sini, saban semester sekali, para mahasiswa antri untuk membayar SPP. Loket yang dibuka terbatas, sehingga antrian mengular sampai di jalanan.

Di Boulevard juga sering dipentaskan wayang kulit semalam suntuk untuk memperingati Dies Natalis UGM tanggal 19 Desember. Di ujung Boulevard terdapat gedung Purna Budaya, di sana sering dipentaskan group teater ternama seperti Teater Gandrik. Asyik betul menyaksikan akting Jujuk Prabowo, Heru Kesawa Murti, Susila Nugraha, Sepnu Heryanto, Novi Budianto, Septiana itu dengan lesehan. Penonton tertawa lepas, pulang dengan hati lapang. Di Purna Budaya juga sering digelar berbagai pameran seni.

Lalu, di sisi kanan berdiri gedung Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Di gedung ini terdapat perpustakaan yang cukup lengkap koleksinya. Pada masa penyusunan skripsi saya cukup intens duduk di perpustakaan sambil sekali-sekali membaca bendel Majalah Tempo.

Lima atawa enam tahun setelah lulus UGM saya menyambangi Boulevard UGM, untuk mengobati rasa kangen. Suasana Bunderan dan Boulevard UGM tak jauh berbeda. Waktu itu saya mengajak Kika yang masih berumur tiga atawa empat tahun, dan foto berdua dengannya. Setelah itu, saban tahun ketika mudik selalu menyempatkan ke Jogja untuk berkeliling Kampus UGM, IKIP, bahkan sampai ke ISI di Sewon Bantul memperkenalkan Kika dan Lila tempat-tempat kuliah yang nyiamik di tlatah Ngayogyakarta Hadiningrat.

Minggu lalu, kami ke UGM untuk mengantarkan Kika melakukan registrasi di Direktorat Akademik yang tempatnya di Boulevard UGM. Lima belas tahun kemudian, dengan (sudah) mengenakan jaket almamater kebanggaan mahasiswa UGM, Kika berdiri di Boulevard UGM sebagai salah satu mahasiswa UGM.


Theme song: Boulevard – Dan Byrd