Rukun agawe santosa

Di kampung saya dulu, banyak rumah yang dindingnya dihias dengan gambar/patung tempel (hanya kepala) Punakawan: Semar, dan ketiga anaknya Gareng, Petruk dan Bagong. Susunan ada yang seperti gambar di samping ini atawa posisi ketiga anak wajahnya menghadap Semar.

Jika Punakawan tersebut berujud poster biasanya disertai tulisan “Ojo Dumeh/Jangan Mentang-mentang” atawa “Rukun Agawe Santosa/Rukun membuat sentosa”. Sebuah pesan yang sangat membumi bagi masyarakat Jawa.  

Kenapa mereka tidak memasang foto keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak mereka, malah memasang Punakawan? Entahlah, saya nggak tahu alasan persisnya. Bisa jadi, terinspirasi dari lakon-lakon dalam kisah wayang.

Dalam kisah pewayangan, Punakawan mengabdi dan menjadi penjaga para ksatria Pandawa. Mereka adalah penyeimbang kehidupan. Nekjika bendoro-nya berbuat salah tak segan Semar akan menasihati dengan cara yang sangat bijak. Pun jika anak-anaknya bertengkar, Semar akan menjadi penengah yang adil.

Kini, (mungkin) tak ditemui lagi hiasan dinding berupa Punakawan. Mereka menggantinya dengan memasang foto sekeluarga yang lengkap. Pada hakekatnya sama dengan pemasangan hiasan Punakawan, tujuan keluarga itu ingin selalu rukun, tidak terpecah belah. Foto menjadi ujud pengingat, bahwa mereka adalah keluarga yang utuh. Sebuah perlambang pengharapan yang sangat baik.

Rukun agawe santosa. Jangan hanya karena perselisihan sepele sebuah keluarga terpecah belah. Kadang betul juga ungkapan “mangan ora mangan kumpul” yang penting rukun.

bersambung…