Rejeki [c]emas

Kami percaya bahwa penderitaan adalah sebuah tanda yang baik dari Tuhan, bahwa DIA menguji keimanan kami dengan memberikan berbagai cobaan
[Dari Memaknai Penderitaan oleh Bunda Ly]

Kemarin aku mendengar dua kisah kecemasan dari sahabat dekatku. Aku rasa apa yang mereka ceritakan bukan kecemasan yang biasa, karena tak banyak orang yang mengalami peristiwa semacam itu. Mungkin kalian bertanya kepadaku, cemas macam apa yang mereka rasakan itu?

Ini perkara hidup dan mati.

Sahabat pertama mengisahkan padaku, kalau dalam sebulan belakangan keluarga besarnya terteror oleh kekuatan sihir jahat yang dilakukan oleh seseorang yang berkonspirasi dengan para demit. Sudah jatuh korban. Apakah aku percaya dengan cerita sahabatku itu? Aku percaya. Pada suatu sepertiga malam ia berkabar padaku, “Tolong bantu aku dalam tahajudmu malam ini, semoga keluarga besarku selamat dan tak terjadi apa-apa.” Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk membantu sahabatku itu? Aku mendengarkan semua kecemasannya, dan mengatakannya untuk berlindung di balik keperkasaan Gusti Allah. Bukankah tak ada tempat untuk minta pertolongan dan berlindung yang paling jitu selain kepada-Nya? read more

Bisa banyak bahasa

Kali ini saya akan ngrasani seorang kolega saya. Ia punya kemampuan langka dalam bertutur kata, karena ia bisa banyak bahasa. Dalam sehari-hari saya sering mendengar ia bertutur dengan aneka bahasa daerah, tentu lebih banyak berbahasa Indonesia dan sesekali berbahasa Inggris.

Ia terlahir sebagai putra Sumatera Selatan. Bahasa Palembang, Jambi, Bengkulu dan sekitarnya ia paham benar. Ia pernah sekolah di Yogyakarta, makanya bisa berbahasa Jawa. Kuliah di Bandung, tak heran ia mampu berbahasa Sunda. Hmm, otak kirinya memang canggih. Ia bisa bahasa Minang, Madura, sesekali terdengar celotehnya dengan logat Maluku dan Flores. Berbahasa asing selain Inggris apa ia bisa?

Bisa. Ia sekolah jenjang S-2 di Manila Philipina, makanya bisa bertutur dalam bahasa Tagalok. Ia, yang punya moyang Tiongkok, bahasa Mandarin menjadi percakapan sehari-hari di keluarga besarnya. Bahasa Jepang sesekali saya dengar juga keluar dari mulutnya. read more

Ketemu Yoga (bukan) kebetulan

Yogyakarta, 23 Desember 2012.

Maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia yang saya tumpangi mendarat tepat waktu di Bandara Adi Sucipto. Mas Elang yang menjemput saya mengabarkan kalau ia terlambat setengah jam sampai di Bandara karena terjebak macet, disertai berlaksa maaf.

Saya kirimkan SMS padanya supaya kalem saja, tak usah ngebut dan berhati-hati di jalan. Saya selalu berusaha berfikiran positif terhadap suatu peristiwa, karena ada sesuatu yang direncanakan oleh Gusti Allah. Saya duduk di ruang tunggu para penjemput sambil menikmati suasana Bandara menjelang tengah hari. read more