Yogyakarta, 23 Desember 2012.
Maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia yang saya tumpangi mendarat tepat waktu di Bandara Adi Sucipto. Mas Elang yang menjemput saya mengabarkan kalau ia terlambat setengah jam sampai di Bandara karena terjebak macet, disertai berlaksa maaf.
Saya kirimkan SMS padanya supaya kalem saja, tak usah ngebut dan berhati-hati di jalan. Saya selalu berusaha berfikiran positif terhadap suatu peristiwa, karena ada sesuatu yang direncanakan oleh Gusti Allah. Saya duduk di ruang tunggu para penjemput sambil menikmati suasana Bandara menjelang tengah hari.
Akhirnya mas Elang datang. Kami berjalan menuju parkir mobil. Entah kenapa mata saya tertuju pada sosok lelaki yang sedang berada di sebuah toko snack/minuman. Lelaki itu sangat saya kenal, meskipun lima belas tahun tidak bertemu. Namanya Yoga.
Saya segera menghampirinya. Ia tengah sibuk menelpon dengan hape-nya. Meskipun wajah kami saling berhadapan ia belum ngeh siapa saya. Ia pangling melihat saya. “Guskar!” letup saya.
Kami berpelukan. Saling menanyakan kabar masing-masing.
Pada waktu kami menjadi pengurus organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas, saya menjadi ketum dan Yoga menjadi sekjen-nya. Ke mana-mana kami bersama.
Dengan Honda CB miliknya, kami saling berboncengan keliling DIY di akhir pekan untuk sekedar nyantri di beberapa pondok, seperti Mlangi, Rawalo, Budi Mulya bahkan hingga di Jatinom Klaten.
Saya pun menanyakan keluarganya termasuk anaknya. Nah, pada bagian ini saya menangkap ada perubahan di raut mukanya ketika ia menceritakan kondisi kesehatan anak pertamanya. Ia terkena tumor otak. Berbagai pengobatan telah ditempuh, untuk menghindari operasi bedah otak. Hasilnya kurang memuaskan. Saya bertanya kepadanya, “Sudah dibawa ke Tangerang?” Tentu saja saya ingat Dr. Warsito. Yoga menjawab sekaligus bertanya, “Aku sudah dengar tentang itu, tapi Tangerang kan jauh toh. Memang itu pengobatan apa?”
Saya bercerita sedikit tentang penciptaan alat oleh Dr. Warsito. Siapa tahu cocok buat penyakit yang diderita anaknya. Saya minta ia mengirimkan hasil pemeriksaan anaknya untuk saya bawa ke tempat Dr. Warsito.
Kami berpisah setelah bertukar nomor hape. Setelahnya, kami saling berkomunikasi.
Kartasura, 27 Desember 2012.
Semalam, saya dan Yoga bertemu di Kartasuro, sebuah jalur yang mudah ia jangkau setelah perjalanannya dari Ngawi. Yoga, yang bekerja di perusahaan rental mobil di Bandara Yogyakarta, perlu pulang ke Ngawi Jawa Timur untuk mengambil hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging) anaknya untuk diberikan kepada saya.
Terjawab sudah hikmah keterlambatan mas Elang menjemput saya. Nekjika misalnya ia menjemput saya tepat waktu, pada saat itu posisi mas Yoga mungkin tidak terlihat oleh mata saya. Gusti Allah telah melakukan setting waktu dengan sangat sempurna.
Lakon selanjutnya, saya akan membawa hasil MRI ke Tangerang. Semoga berjodoh.