Mahesa Jenar

Beberapa hari ini saya membaca raut muka seorang kawan agak bruwet. Baru hari ini saya berhasil ngobrol dengannya, sambil ngopi ditingkahi rinai hujan di luar sana. Wajahnya sudah agak cerah jika dibandingkan hari-hari yang lalu.

Ia bercerita tentang anak lanangnya, sebut saja namanya Mahesa Jenar.

Mahesa Jenar – kawan saya memberi nama kepada anak lanangnya itu terinspirasi dari SH Mintardja – tahun ini lulus SMA. Cita-citanya sejak SMP dulu ingin jadi prajurit bhayangkari negeri. Syahdan, begitu lulus SMA ia mendaftar jadi calon prajurit dengan restu bapaknya.

Tahapan tes ia lalui, hingga tes tahapan ketiga ia gugur. Sebelumnya ia sudah berpesan kepada bapaknya agar bertindak lurus-lurus saja, tanpa ada tindakan menyuap dengan jumlah uang tertentu yang dijanjikan orang yang katanya bisa meloloskan tes. Mahesa Jenar sikapnya biasa-biasa saja meskipun nggak lolos seleksi. Ia berharap tahun depan bisa ikut tes lagi.

Untuk mengisi waktu, ia minta kepada bapaknya untuk diizinkan masuk Fak. Hukum, di sebuah universitas swasta. Cita-cita mulianya adalah menjadi penegak hukum yang jujur dan lurus. Bapaknya menuruti keinginan Mahesa Jenar. read more

Kopiah amoh

Saban jumatan di mesjid yang ini, saya kok selalu duduk pas di shaf belakang seorang anak muda yang memakai kopiah amoh. Kenapa saya sebut amoh, sebab bagian atas kopiah yang ia kenakan dalam keadaan berlubang dan di pinggiran lubang terlihat benang-benangnya berantakan. Amoh dalam bahasa Jawa berarti rusak karena berlubang/sobek biasa untuk benda yang berbahan kain.

Kebiasaan anak muda ini setelah selesai shalat sunat, ia akan menyalami orang-orang di sekitarnya. Mereka yang duduk di kanan-kirinya dan depan-belakangnya  akan mendapatkan jatah jabat erat tangannya. Karena sering mendapatkan salam seperti itu, maka jika mau masuk mesjid atawa selesai jumatan saya dan ia sering saling lempar senyum.

Jumat minggu lalu, sengaja saya membawa kopiah dari rumah. Ada dua kopiah yang saya bawa, baru dan bekas pakai. Modelnya mirip kopiah yang sering ia pakai, yakni model kopiah haji. Selesai jumatan saya menunggu ia yang masih berdoa. Sambil berjalan keluar mesjid, saya berikan dua kopiah tersebut. read more

Resign

Rest area KM 57 Tol Jakarta-Cikampek menjadi meeting point kami, sekaligus janjian jumatan bersama di sana. Kami memilih rumah makan masakan Sunda, sebuah tempat yang nyaman untuk mengobrol sambil menunggu masakan tersaji di atas meja. Lelaki tampan berhidung mancung yang duduk di hadapan saya sejak kemarin mengirimkan pesan pendek ingin bertemu dengan saya untuk tukar-pendapat.

“Mas Kyaine, seperti yang pernah aku sampaikan dalam pertemuan terakhir kita dulu rasanya aku semakin mantap untuk resign,” lelaki yang umurnya lebih muda setahun daripada saya itu membukapembicaraan.

Saya tak segera menyahut. Ia pernah bercerita kepada saya, beberapa bulan yang lalu oleh manajernya ia dipindahkan ke sebuah seksi yang sama sekali baru baginya. Ia selama hampir dua puluh dua tahun bekerja di bidang yang sesuai dengan disiplin ilmunya, tiba-tiba ia dipanggil manajernya untuk pindah ke bagian lain – di mana pimpinan bagian itu sedang kosong – sebuah jenis pekerjaan yang sama sekali baru baginya, yakni bagian rumah tangga perusahaan. read more