Kami percaya bahwa penderitaan adalah sebuah tanda yang baik dari Tuhan, bahwa DIA menguji keimanan kami dengan memberikan berbagai cobaan
[Dari Memaknai Penderitaan oleh Bunda Ly]
Kemarin aku mendengar dua kisah kecemasan dari sahabat dekatku. Aku rasa apa yang mereka ceritakan bukan kecemasan yang biasa, karena tak banyak orang yang mengalami peristiwa semacam itu. Mungkin kalian bertanya kepadaku, cemas macam apa yang mereka rasakan itu?
Ini perkara hidup dan mati.
Sahabat pertama mengisahkan padaku, kalau dalam sebulan belakangan keluarga besarnya terteror oleh kekuatan sihir jahat yang dilakukan oleh seseorang yang berkonspirasi dengan para demit. Sudah jatuh korban. Apakah aku percaya dengan cerita sahabatku itu? Aku percaya. Pada suatu sepertiga malam ia berkabar padaku, “Tolong bantu aku dalam tahajudmu malam ini, semoga keluarga besarku selamat dan tak terjadi apa-apa.” Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk membantu sahabatku itu? Aku mendengarkan semua kecemasannya, dan mengatakannya untuk berlindung di balik keperkasaan Gusti Allah. Bukankah tak ada tempat untuk minta pertolongan dan berlindung yang paling jitu selain kepada-Nya?
Sahabat kedua mengisahkan mengenai penyakit gagal ginjalnya. Hampir setahun ini, ia mesti cuci darah secara rutin dan hal ini masih menjadi tanggungan perusahaan di mana ia bekerja. Namun, karena ia sakit berkepanjangan (dan tak bisa beraktivitas di kantor), ia secara otomatis kudu berhenti sebagai karyawan, meskipun setahun belakangan hak gajinya masih dibayarkan. Hal yang ia cemaskan: mulai bulan ini, ia mesti keluar ongkos sendiri untuk pengobatan penyakitnya yang tak murah. Ia berkesimpulan, nyawanya tak lama lagi lepas dari raganya. “Sebentar lagi aku mati, kan? Doakan saja ya semoga aku khusnul khatimah,” katanya padaku.
Mendengar dua kecemasan yang luar biasa seperti itu, aku terdiam. Merenung. Aku berharap mereka dapat melawan rasa takutnya, karena menurutku takut adalah satu-satunya lawan sejati kehidupan. Dan mudah-mudahan mereka tak putus asa, karena keputusasaan adalah musuh yang jauh lebih berbahaya dari pada sihir jahat.
Gusti Allah punya hak sepenuhnya membolak-balik hati seseorang salah satunya dengan memberikan kecemasan yang luar biasa seperti yang dialami dua sahabatku di atas. Jika kedua sahabatku itu menyadari bahwa mereka harus mengembalikan kecemasan itu kepada Gusti Allah, aku rasa ketenangan batin yang dilandasi kepasrahan sejati akan mereka dapatkan.