Seorang pejabat Negeri Sahabat berkunjung ke kantor Bapak Petinggi kita yang kantornya ada di Jakarta. Ia datang tanpa kawalan mobil atawa motor patroli, sehingga ia datang terlambat.
“Maaf Bapak, saya datang ke terlambat nih! Jalan macet di mana-mana. Padahal hotel tempat saya menginap jaraknya tak sampai sepuluh kilometer dari kantor Bapak.”
Petinggi kita tersenyum ramah. Ia sambut tamunya dengan jabat tangan erat dan tak lupa cipika-cipiki.
“Oh, no problem. Kami sudah biasa terlambat. Kemecetan jalanan ibukota kami, pertanda ekonomi kami tumbuh sangat pesat!”
“Kenapa begitu, Bapak?”
“Tanda kemakmuran rakyat kami. Kalau Pak Mister perhatikan tadi, semua jenis mobil ada di jalanan. Kalau dilihat lebih teliti, satu mobil hanya berisi satu orang. Tahukah Pak Mister, beberapa banyak di antara mereka masih punya mobil lain yang nganggur di garasinya. Rakyat kami kaya-kaya, tak heran pertumbuhan kaum kelas menengah meningkat tajam.” read more