Onta kurus kering

Satu persatu koleksi hewan di kebun binatang Kota Angsa mati mengenaskan. Seekor gorila mati terjerat oleh tali yang biasa ia gunakan untuk bermain ayun-ayunan. Lalu, buaya seberat hampir setengah ton ditemukan tewas di kandangnya dengan mulut menganga. Di ujung tenggorokannya, ada kayu yang melintang. Rupanya buaya itu menelan kaso, entah siapa yang memasukkan potongan kayu itu ke mulut buaya.

Seekor beruang duduk terpekur di pojok kandang, dengan perut membesar. Bukan karena kekenyangan namun ia terkena busung lapar. Sementara itu, di dekat kandang gajah yang sudah kosong terdapat seekor onta yang mulutnya tak berhenti merintih. Onta itu keadaannya sangat memprihatinkan. Badannya kurus kering. Ia tak kuat berdiri.

Siang itu, drg. Prasetyo datang berkunjung ke kebun binatang atas undangan pengelola kebun binatang untuk memeriksa kesehatan onta yang kurus kering tersebut.

Hasil diagnosa drg. Prasetyo onta tersebut mengalami gizi buruk. Ia elus tubuh onta itu dengan kasih sayang seorang dokter hewan. Mata onta itu redup, tak ada semangat sama sekali.

“Dok, bunuh saja saya! Tak tahan saya menjalani hidup di dunia ini,” keluh onta.

drg. Prasetyo terkejut alang-kepalang mendengar ada onta bisa berbicara seperti itu. Ia dekatkan telinganya ke mulut onta. Untuk meyakinkan diri kalau onta itu memang benar berbicara.

“Kamu bisa ngomong?” tanya drg. Prasetyo.

Lalu mereka ngobrol layaknya pasien dan dokter. Dari hati ke hati. drg. Prasetyo akhirnya dapat menyimpulkan kalau kebun binatang tersebut telah salah kelola yang menyebabkan penghuninya satu per satu mati.

Semua hewan penghuni kebun binatang kurang gizi, sebab mereka diberi makan dengan kualitas buruk dan tidak mengenyangkan. Dalih utama dari pengelola kebun binatang karena mereka tak punya biaya. Sementara itu, tak ada pengunjung yang datang ke kebun binatang.

Dari obrolan dengan onta kurus kering itu, timbul ide drg. Prasetyo untuk menyelamatkan kebun binatang. Ide tersebut disambut positif oleh pengelola kebun binatang.

drg. Prasetyo – yang juga dosen itu, memanggil mahasiswanya. Sebut saja namanya Joko. Sekilas, drg. Prasetyo memaparkan idenya. Sebagai mahasiswa yang baik, Joko sangat mendukung rencana dosennya itu.

Tiba pada waktunya. Kebun binatang ramai sekali oleh para pengunjung. Ada apa? Hari itu, sesuai dengan woro-woro yang dibuat oleh pengelola kebun binatang, di kebun binatang akan dilakukan atraksi menarik yakni ada seekor gorila yang bisa menari, berjoget bahkan bertingkah mirip manusia.

Selain itu, kebun binatang kedatangan koleksi hewan-hewan yang baru dan sehat seperti harimau, singa, kijang, badak dan lain-lain. Sebuah promosi yang sangat menarik. Maka tak heran, hari itu pengunjung kebun binatang membludak.

Arkian, Joko sudah siap dengan pakaian gorilanya. Dari balik kandang ia menampakkan diri di hadapan penonton. Iringan musik membuatnya sangat bersemangat melakukan atraksi. Penonton bersorak gembira.

Joko makin sulit mengendalikan diri. Ia bermain ayun-ayun pada sebuah tali yang telah disiapkan sebelumnya. Terlalu kencang ayunannya, hingga akhirnya ia terlempar ke kandang harimau.

Gubrak! Ia jatuh di samping harimau yang sedang leyeh-leyeh.

“Mati aku! Harimau ini pasti akan mencabik-cabik tubuhku!” teriaknya gugup. Keringat telah membasahi kostum gorila yang ia kenakan.

Pelan-pelan ia mencoba bangkit dari jatuhnya untuk agar mengagetkan sang harimau itu. Tapi, getaran kakinya membuatnya tetap diam di tempat.

“Kini ajalku tiba. Duh, Gusti Allah, hamba ikhlas jika nyawa hamba dicabut. Setidaknya hari ini hamba sudah membuat satu kebaikan untuk menyelamatkan kebun binatang ini, meskipun nyawa hamba menjadi taruhannya,” Joko berdoa dengan takzim.

Joko terkejut ketika mendengar seseorang berbicara.

“Tenang, Jok. Nggak usah takut. Ini aku, Wawan, kakak kelasmu!” kata harimau.

“Jadi?” tanya Joko, menggantung.

“Ya, kamu betul. Singa, kijang, badak dan lain-lain itu… yang jadi teman-teman kita sendiri atas perintah Pak Prasetyo. Sudah, sekarang kamu lanjutkan lagi atraksimu!” kata Wawan sambil menggerakkan kepala harimau seolah-olah mengusir gorila supaya cepat pergi dari kandangnya.

Para pengunjung yang semula tegang menunggu harimau menerkam gorila, kini bertepuk tangan riuh menyemangati gorila supaya cepat melompat keluar dari kandang harimau.