Mobil murah oh mobil murah

Kang Pendi berkacak pinggang di depan rumahnya. Sesekali kepalanya ditelengkan ke kiri dan ke kanan. Ia bukan sedang senam kesegaran jasmani. Tangan di pinggang ia lepaskan. Ia bergerak hadap kanan, lalu hap…. satu…. dua… tiga… kaki-kakinya melangkah tegap. Kepalanya digeleng-gelengkan.

Nyonya Pendi yang berada di dekatnya menghentikan sejenak kegiatan menyuapi anak semata wayang mereka. Kang Pendi masuk ke rumah dan sebentar kemudian keluar lagi dengan membawa meteran gulung. Ia minta tolong kepada istrinya untuk memegang ujung meteran. Sreet…. ia tarik meteran dan mentok di tembok rumahnya. Lagi-lagi ia gelengkan kepalanya yang cuma satu-satunya itu. Gayanya menggeleng mirip Shahrukh Khan, bintang film India kesukaannya.

Nggak cukup, bu. Nggak mungkin to kita bongkar tembok ini, bisa-bisa kita nanti tidur di ruang tamu,” ujar Kang Pendi.

“Memang untuk bikin garasi perlu berapa meter, pak?” tanya Nyonya Pendi.

“Ya… untuk mobil yang kita taksir sih setidaknya perlu panjang tiga meteran gitu deh!” jawab Kang Pendi.  read more

Seng Man dan Iron Man

Orang yang pertama kali memperkenalkan sebuah benda yang bernama seng itu adalah Bapak saya ketika ia menggunting dan melipatnya menjadi sebuah bentuk talang air. Seng juga digunakan oleh Bapak untuk melapis pintu kamar mandi untuk menahan tampias air langsung mengenai badan pintu yang terbuat dari kayu, sehingga pintu kamar mandi relatif lebih awet karena perlindungan selembar seng itu.

Bapak hobi betul mengumpulkan seng-seng bekas yang sebagian sudah berkarat. Lembaran seng-seng tersebut dimanfaatkan untuk membuat genteng dapur kami yang masih menggunakan tungku kayu bakar. Hebatnya, Bapak saya bisa membelah drum bekas aspal dengan alat yang sederhana lalu ia bikin menjadi lembaran. Entah, apakah drum bekas tersebut juga berbahan baku seng namun kami menyebutnya sebagai seng dari drum aspal.

Seng atap dapur lama-lama karatan dan berlubang di sana-sini. Kemudian Bapak membeli seng baru – dan hal itu membuat saya mengenal untuk pertama kalinya seng gelombang – dan memasangnya sebagai atap dapur. Seng gelombang juga mulai digunakan Bapak untuk atap kandang ayam dan gudang di sudut halaman rumah. Iseng-iseng kami menyebut Bapak sebagai tukang seng. read more

Diterungku

[1]

Di dalam terungku, lelaki berwajah lugu itu menyesali diri. Seandainya ia amanah, ia tak akan menghabiskan hari-harinya ditemani dinginnya lantai hotel prodeo. Ia ingat betul awal mula ia memberanikan diri menilap uang negara. Sedikit demi sedikit tak terasa, namun lama-lama mengasyikkan juga.

“Bukankah Mas sekarang berada di tempat basah? Apa nggak kasihan melihat istrimu tanpa perhiasan di leher dan tangannya? Apa kata tetangga, katanya istri seorang pejabat kenapa pakaiannya yang itu-itu saja?” rajuk istrinya suatu ketika.

“Aku sangat mencintaimu istriku sayang. Apa pun yang engkau pinta aku akan mengabulkannya, meski penjara menjadi taruhannya,” jawabnya sambil mendekap hangat tubuh istrinya. read more