Mas Prasetyo selalu berlengan panjang

Sudah seminggu ini bu Lurah uring-uringan. Gendang telinganya seakan dikilik-kilik dengan lidi daun kelapa. Apa pasalnya? Ia mendengar bisik-bisik tetangga mengenai penampilan anak lelaki kesayangannya yang selalu mengenakan pakaian dengan lengan panjang, entah itu kaos atawa baju. Baik di lingkungan rumah atawa di sekolah.

“Memang salah kalau anakku berpakaian lengan panjang?!” demikian komentar bu Lurah ketika Iyem, pembantunya, melaporkan gosip yang beredar di komunitas ibu-ibu berbelanja sayur-mayur.

“Mereka menuduh Mas Pras punya tato di lengannya, Bu!” ujar Iyem lagi.

Lah, Yem. Bukannya kamu bisa langsung mengklarifikasi celotehan-celotehan ibu-ibu yang hobinya nggosip itu?” sergah bu Lurah.

“Eh… anu, Bu. Sudah. Tapi pada nggak percaya,” tangkis Iyem. read more

Sarimin menganggur

Matari sudah naik setinggi galah. Terik di bulan Oktober pagi hari sudah membuat gerah Sarimin yang terbangun bersamaan dengan kokok ayam jantan tetangga rumah. Hari ini ia tidak bekerja, hanya leyeh-leyeh saja di teras rumahnya yang hanya terbuat dari papan bekas. Ia berjalan mendatangi Ujang yang masih tertidur dan membangunkannya.

“Jang, kamu sakit? Jam segini kok belum bangun juga!” Ujang melakukan peregangan semua persendiannya dan terdengar gemeretuk otot-ototnya yang beradu dengan tulang belulangnya. Tubuh Ujang kurus kering penuh borok, luka setengah kering berbau agak bacin.

“Eh, Mas Sarimin. Sampeyan nggak dinas hari ini? Kalau saya sih nanti dinas shift dua.”

Nggak Jang. Denger-denger majikan kita menghentikan sementara bisnisnya. Takut dikejar-kejar aparat Pak Jokowi!”

“Hah! Memang majikan kita bisnisnya haram ya Mas? Bisa-bisa beberapa hari ke depan kita nggak makan dong.”

Ujang yang berasal dari Garut itu pilon betul lagaknya. Sarimin duduk mendekati Ujang.

“Oalah… Jang… Jang… apa kamu nggak dengar kalau majikan kita dan teman-temannya sedang pada tiarap. Gara-garanya ya Pak Jokowi. Siapa yang berani berbisnis seperti itu di wilayah Jakarta bakalan ditangkap. Lihat tubuh kurusmu itu!” read more

Gaya Mat Godek

Kalau saya disuruh bergaya seperti Mat Godek, saya akan angkat tangan. Nggak sanggup. Memang gayanya Mat Godek itu seperti apa? Wahai para tukang rasan-rasan, sejenak kita ngrasani teman saya yang satu ini.

Saya mulai dari gaya rambutnya. Sebagai lelaki seusia saya, saya salut dengan rambut di kepalanya kok belum ada tanda-tanda kebotakan. Perkara warna hitamnya, saya nggak yakin kalau itu warna asli. Mungkin ia rajin pergi ke salon untuk pikok rambutnya itu. Ia punya jambul, rambut bagian kiri-kanan-belakang tersisir rapi. Klimis oleh gel. Jambangnya sepanjang telinga bagian bawah. Karena jambangnya itulah ia disebut sebagai Mat Godek.

Ia tak punya kumis dan jenggot. Kaca mata riben yang ia kenakan modelnya mirip yang sering dipakai Stalone. Cara berpakaian Mat Godek rapi-jali. Baju lengan panjang, selalu masuk ke celana. Kalau kebetulan ia memakai kaos Polo, masuk ke celana juga. Catat: ia tak suka celana jins. Celana bahan yang ia kenakan agak-agak cut-bray. Tentu saja selalu memakai ikat pinggang. read more