Nglaras rasa

Tiga minggu lalu saya menengok ibu sekaligus nyekar ke makam bapak – tentu saja juga ke makam simbah, secara bulan sudah masuk Ruwah, menjadi adat orang Indonesia menengok dan mendoakan para marhum sebelum masuk bulan Puasa.

Selepas subuh saya berangkat ke makam. Sepulang nyekar saya duduk di balai kayu bikinan tangan bapak, yang terletak di teras rumah. Ibu telah membuatkan kopi hitam dan ubi goreng sebagai kudapan yang ditaruh di balai kayu tersebut.

Matahari belum juga meninggi. Pagi-pagi duduk di teras, menyeruput kopi dan tidak melakukan apa-apa. Hmm, sebahagia inikah menjadi seorang pensiunan? read more

Kesedihan bisa mengacaukan segalanya

Sumarni – perempuan berbaju kuning, menangis sejadi-jadinya begitu mendapatkan kabar kalau anak bungsunya mati tenggelam saat bermain di sebuah bendungan kali ujung desanya. Ponsel jadul masih dalam genggamannya, belum sempat ia matikan. Suara yang tadi mengabarkan berita duka masih berteriak hola-halo menunggu sahutan dari perempuan itu. Tetapi Sumarni masih menangis bahkan ditingkahi dengan teriakan histeris.

Lengking suara tangis histeris milik Sumarni telah mendatangkan kerumunan dari orang-orang yang sedang melakukan transaksi jual beli di sebuah pasar kota. Tak terkecuali bagi seorang pencopet pasar. Kerumunan orang yang semakin banyak memberikan kesempatan baginya mengutil dompet orang yang lengah. Ada tiga dompet yang sudah berpindah ke tangannya, termasuk dompet milik Sumarni, perempuan yang tengah kehilangan anak bungsunya itu. read more

Diculik jin#2

Cerita ini sambungan dari: Diculik jin#1

Setelah sarapan, saya menikmati sejuknya angin pagi Laut Jawa. Beberapa jam lagi, Kapal Kelimutu yang saya tumpangi dari Banjarmasin akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Angin laut memainkan rambut saya yang sudahs setahun tidak saya potong.

Ah, akhirnya saya meninggalkan Kalimantan juga. Pengambilan keputusan saya untuk berhenti bekerja terbilang sangat cepat, karena beberapa teman mengambil cuti pulang ke Jawa dan saya ingin pulang bersama mereka. Pulang ramai-ramai pasti mengasyikkan dan kami memilih menggunakan moda transportasi laut.

Dari camp kami naik perahu menuju ke Kota Puruk Cahu. Dari sini kami naik bus ke Banjarmasin, dengan tujuan akhir di Pelabuhan Trisakti. Hampir setahun saya tidak ketemu orang tua, membuat perjalanan berasa sangat lambat. read more