Kampret

Dalam khazanah Jawa, ada binatang yang diberi nama kampret sebuah sebutan untuk kelelawar yang berukuran kecil pemakan serangga. Banyak orang yang menyebut kalau kampret ini masih satu saudara dengan codot, sejenis kelelawar juga tetapi pemakan buah.

Entah apa salahnya si kampret ini, kok dalam pergaulan sehari-hari namanya dipakai untuk mengekspresikan rasa kesal/sebal bahkan cenderung sebagai umpatan. Ini termasuk jenis umpatan yang memakai nama binatang, seperti misalnya anjing atau monyet. Apa karena wajah si kampret mirip monyet? Embuh.

Ketika masih anak-anak dulu, teman sepermainan saya banyak yang bernama Yanto, ada Sriyanto, Suyanto, Subiyanto, Priyanto, dan sebagainya. Herannya, semua dipanggil dengan Yanto Kampret! Memang sudah jamak di masa kanak-kanak seseorang mempunyai wadanan sendiri-sendiri.

Wadanan adalah nick-name yang bisa berarti sebagai olok-olok yang disematkan di belakang nama seseorang. Misalnya, dari ciri fisik tubuh seseorang. Orang yang berbadan kecil biasa dipanggil menik, krucil, atau kuntet sedangkan orang yang berbadan tambun punya wadanan sebagai bagong. Kalau ada orang yang berbadan tinggi akan dipanggil petruk atau gèntèr (galah). read more

FC IPA 3, Siapa Berani Lawan?

Saya tidak ingat, kenapa kami dahulu ketika klas 1 dan 2 SMA suka banget main bola. Siapa juga yang mendisain kaos olah raga abu-abu bergambar burung hantu yang sedang memikirkan sebuah hitungan: 1 + 1/3 kalau disusun ke bawah menjadi seperti 1 + 1 = 3. Kemudian di bawah gambar burung hantu tertulis 1 IPA 3. Pada saat kelas 2 dan klas 3, menggunakan kaos olah raga warna kuning – hijau. Dengan kaos-kaos itulah kami suka main bola.

Lapangan yang kami gunakan untuk main bola ada di sebelah barat rumah saya, sekarang sudah diberi nama Stadion 45, dulu lapangan ini terbuka hanya dibatasi tanggul, orang-orang menyebut Lapangan Umum. Kalau pas olah raga di sini, rumah saya sering dipakai sebagai tempat untuk ganti baju atau sekedar minum air putih setelah olah raga. Selain lapangan umum, kami juga menggunakan lapangan Tegalasri (di belakang kantor DPRD). read more

Bersama Kartini di 2014#2

Nyonya Abendanon menyambut kami di lobby hotel. Keakraban tiga puteri Jepara dengan istri kedua Direktur Kementerian Pengajaran, Ibadat, dan Kerajinan di Hindia Belanda sangat kelihatan. Saya nggak paham ketika keempatnya berkomunikasi dengan bahasa Belanda.

Nyonya Abendanon mempersilakan ketiga puteri Jepara istirahat di kamar mereka yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian ia menemui saya yang tengah tolah-toleh di lobby hotel menyaksikan lalu-lalangnya orang-orang Belanda. Perempuan yang bernama lengkap Rosa Manuela Abendanon Mandri itu duduk di sebelah saya.

“Kyaine, terima kasih sudah mengantar Kartini dan adik-adiknya menemui saya. Bagaimana kesan Anda dengan Kartini?” kata Nyonya Abendanon.

“Saya harus banyak belajar kepadanya terutama dunia tulis-menulis. Rasa bahasa yang diracik oleh Kartini betul-betul gurih. Mencerminkan kecerdasan seorang perempuan,” tutur saya. read more