Beberapa hari ini saya membaca raut muka seorang kawan agak bruwet. Baru hari ini saya berhasil ngobrol dengannya, sambil ngopi ditingkahi rinai hujan di luar sana. Wajahnya sudah agak cerah jika dibandingkan hari-hari yang lalu.
Ia bercerita tentang anak lanangnya, sebut saja namanya Mahesa Jenar.
Mahesa Jenar – kawan saya memberi nama kepada anak lanangnya itu terinspirasi dari SH Mintardja – tahun ini lulus SMA. Cita-citanya sejak SMP dulu ingin jadi prajurit bhayangkari negeri. Syahdan, begitu lulus SMA ia mendaftar jadi calon prajurit dengan restu bapaknya.
Tahapan tes ia lalui, hingga tes tahapan ketiga ia gugur. Sebelumnya ia sudah berpesan kepada bapaknya agar bertindak lurus-lurus saja, tanpa ada tindakan menyuap dengan jumlah uang tertentu yang dijanjikan orang yang katanya bisa meloloskan tes. Mahesa Jenar sikapnya biasa-biasa saja meskipun nggak lolos seleksi. Ia berharap tahun depan bisa ikut tes lagi.
Untuk mengisi waktu, ia minta kepada bapaknya untuk diizinkan masuk Fak. Hukum, di sebuah universitas swasta. Cita-cita mulianya adalah menjadi penegak hukum yang jujur dan lurus. Bapaknya menuruti keinginan Mahesa Jenar. read more