Sihir Laskar Pelangi


: mengenang Veris “Mahar” Yamarno

Sejak film Laskar Pelangi diputar pertama kali di layar lebar, baru Minggu 12/10/08 kemarin mendapatkan kesempatan nonton. Mudik lebaran ke Solo kemarin, bolak-balik ke Grand 21 tidak dapat tiket. Saat main ke Djogja, demikian juga. Di Ambarukma Mall, juga full. Di Metmal 21 Bekasi dan di Lippo 21 Cikarang, sama saja, antri karcis mengular, itupun untuk nonton bukan di jam saat antri itu. Akhirnya, berkesempatan nonton di Ciwalk XXI, Bandung, meski mendapatkan kursi deretan kedua dari depan layar. read more

Berjumpa Ibu Peri Kebun

Apakah Anda pernah mendengar peribahasa Jawa witing paseduluran amarga ngeblog? Arti harfiahnya kira-kira permulaan persaudaraan karena (kegiatan) ngeblog. Sudah banyak Narablog yang menuliskan pengalamannya bertemu (muka) dengan teman ngeblognya – yang sebelumnya hanya dikenalnya melalui dunia maya. Semua yang diceritakan oleh para Narablog tersebut masuk kategori seru!

Jangan dikira setelah saya mencanangkan program “No Komen No Krai” di The Padeblogan saya menghentikan kegiatan blog walking. Tidak. Bagi saya blog adalah bacaan terbaik, sehingga saya selalu membaca tulisan teman-teman Narablog meskipun saya tidak menorehkan komentar. Sok-sok malah saya klik di icon suka yang biasa dipasang di bawah kolom artikel. read more

Blog, bacaan terbaik saat ini

Sesungguhnya saya mulai bosan membaca majalah dan koran (saya belum mampu menghentikan langganan kepada Ucok yang saya mulai sejak 20 tahun lalu), sebab beritanya gitu-gitu melulu. Untungnya, majalah dan koran langganan saya ada rubrik yang menarik seperti ilmu pengetahuan populer, sastra, kesehatan dan psikologi. Berita utama yang disajikan seringnya malah saya lewati, karena sering disajikan dari sudut pandang redakturnya. Rasanya, mereka – media massa tersebut, sudah tidak netral lagi.

Ada yang lebih parah dari media massa konvensional, yakni media massa online. Telak-telak mereka menyajikan berita tidak seimbang dan bahkan sering menjadi provokator. Lihatlah para komentator yang meninggalkan jejak di bawah artikel yang disajikan: hampir semuanya bernada nyinyir, berpikiran negatif, menghujat, dan sebangsa dengan itu. Bangsa ini seolah-olah menjadi bangsa yang pesimis menatap masa depannya sendiri sebab tidak percaya dengan potensi diri sendiri. Payah. read more