Lelaki bertubuh gempal itu tiba-tiba ingat kepada Tuhannya, lalu ia berdoa:
Wahai Tuhan, aku mendesak-Mu untuk menciptakan sebuah keajaiban: aku menjadi presiden! Engkau tentu mengetahui, berbagai upaya telah aku tempuh. Habis sudah harta-bendaku, kering sudah keringatku, remuk-redam tulang belulangku, hanya untuk satu tujuan menjadi pemimpin di negeri yang sangat aku cintai ini. Kini hanya tinggal satu cara saja yakni merayu-Mu bolehlah jika Engkau sudi meluangkan waktu-Mu untuk mengubah takdir: semua orang lupa dan tiba-tiba ingat kalau aku ini presiden mereka. Tentu hal ini sangat mudah bagi-Mu, bukan?
Wahai Tuhan, tidakkah Engkau mengamati sepak terjangku dua tahun belakangan ini. Saban hari aku muncul di televisi mengiklankan diri. Aku sesumbar mirip tokoh panutanku: Amerika kita setrika, Inggris kita linggis. Hampir tak ada waktu luang bagiku untuk memanjakan diri. Aku berkeliling ke pelosok negeri terbang bagaikan garuda. Mengepakkan sayap di angkasa, sementara bayang-bayangku di bawah sana memberikan kesejukan untuk bernaung dari terpaan terik matari.
Wahai Tuhan, apakah masih kurang upayaku di mata-Mu untuk mengubah garis nasibku? Aku sangat mencintai negeriku ini. Aku ingin merengkuh kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat yang kelak aku pimpin. Niatku tidak berlebihan, bukan? read more