Datang hujan bulan Juni


tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono

Dalam perjalanan dari makan siang di Rest Area 57 tol Jakarta-Cikampek tadi siang, di KM 58 tiba-tiba cuaca mak prepet lalu turunlah hujan. Padahal sebelumnya sangat terik. Hujan merata sampai di Dawuan Cikampek, dan ketika saya kembali ke kantor melalui KM 54.400 masih diguyur hujan. Menanti datang hujan bulan Juni seperti lelaki yang tengah termangu karena menahan gejolak rindu kepada kekasih hatinya. Ia merahasiakan renjana yang telah membuat sesak dadanya, meskipun rahasia itu diketahui dengan pasti oleh kekasihnya yang juga rindu kepadanya. Mak nyes, menyejukkan jiwa. Ya hujannya, ya karena bertemu kekasih hati. read more

Pancasila yang renta

Lelaki berusia tujuhpuluh tahun itu terlihat sangat renta. Jalannya tertatih, entah ke mana ia melangkah. Rasanya ia tengah menyambut senjakala.

Kini hanya sedikit orang yang menghiraukannya, bahkan sebagian besar telah melupakan intisari dari wejangan-wejangannya.

“Lelaki tua itu bernama Pancasila,” kata teman saya sambil menatap langkah-langkah gontai Pancasila.

“Saya masih ingat kepadanya, Mas. Tetapi ajaran dan wejangannya, terus terang banyak yang lupa. Terakhir saya berjumpa dengannya di awal masa kuliah di tahun 1986 lalu. Sudah sangat lama. Apakah sampeyan sudi mengingatkan saya tentang ajaran Pancasila?”

Teman saya memulai memaparkan ajaran Pancasila.

“Pancasila mengajarkan kepada kita tentang kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Apa pun agama dan kepercayaan yang kita anut.” read more

Gelar

Saya selalu mengeluh dengan lembaran borang yang harus saya isi, entah itu borang yang disediakan oleh lembaga keuangan atau apa pun. Pada kolom nama, jumlah kotaknya kurang banyak. Sebab saya harus menuliskan nama lengkap saya beserta gelar atau titel yang saya miliki:  Drs. H. Agoes Soekarno Soerjatmodjo, JPEG, MP3, Zip. Ada berapa karakter?

Coba Anda lihat di KTP saya, semua itu tertulis sangat lengkap. Bahkan pak RT pernah saya tegur ketika ia lupa mencantumkan salah satu gelar atau titel saya di kartu keluarga. Gelar dan titel bagi saya adalah lambang status sosial. Semakin banyak menyandang gelar dan titel akan semakin tinggi derajat orang tersebut. read more