Mendesak Tuhan

Lelaki bertubuh gempal itu tiba-tiba ingat kepada Tuhannya, lalu ia berdoa:

Wahai Tuhan, aku mendesak-Mu untuk menciptakan sebuah keajaiban: aku menjadi presiden! Engkau tentu mengetahui, berbagai upaya telah aku tempuh. Habis sudah harta-bendaku, kering sudah keringatku, remuk-redam tulang belulangku, hanya untuk satu tujuan menjadi pemimpin di negeri yang sangat aku cintai ini. Kini hanya tinggal satu cara saja yakni merayu-Mu bolehlah jika Engkau sudi meluangkan waktu-Mu untuk mengubah takdir: semua orang lupa dan tiba-tiba ingat kalau aku ini presiden mereka. Tentu hal ini sangat mudah bagi-Mu, bukan?

Wahai Tuhan, tidakkah Engkau mengamati sepak terjangku dua tahun belakangan ini. Saban hari aku muncul di televisi mengiklankan diri. Aku sesumbar mirip tokoh panutanku: Amerika kita setrika, Inggris kita linggis. Hampir tak ada waktu luang bagiku untuk memanjakan diri. Aku berkeliling ke pelosok negeri terbang bagaikan garuda. Mengepakkan sayap di angkasa, sementara bayang-bayangku di bawah sana memberikan kesejukan untuk bernaung dari terpaan terik matari.

Wahai Tuhan, apakah masih kurang upayaku di mata-Mu untuk mengubah garis nasibku? Aku sangat mencintai negeriku ini. Aku ingin merengkuh kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat yang kelak aku pimpin. Niatku tidak berlebihan, bukan?

Wahai Tuhan, sungguh aku membenci sembilan orang yang diaku sebagai wakil-Mu di dunia ketika mereka menolak semua gugatanku. Aku bersimpuh di hadapan-Mu ini, dengan harapan besar Engkau tak bersikap seperti para wakil-Mu itu sebab sangat mudah bagi-Mu mengabulkan permohonanku ini dan tak seorang pun mampu menangkis takdir-Mu bagiku.

Wahai Tuhan, lihatlah orang-orang di belakangku ini. Mereka siap berkorban untukku. Sekali komando aku teriakkan, jiwa-raga akan mereka pertaruhkan. Engkau tidak mau, bukan, kalau aku perintahkan mereka mendesak-Mu supaya membikin takdir yang baru? Mereka menginginkan aku menjadi presiden!

Jadi, tolong revisi bab tentang presiden di Lauh Mahfuzh-Mu!

Efek doa itu sungguh dahsyat. Mak prêpêt. Langit gelap, matari menghilang entah di mana. Bumi bergoncang hebat. Lelaki gempal sangat terkejut, ia mencari-cari tempat untuk berpegangan. Tak ada. Polahe kaya gabah diinteri. Isi perutnya teraduk-aduk. Demikian pula isi otaknya.

Bumi kembali tenang. Langit sangat cerah dengan matari yang tidak begitu menyilaukan matanya. Hati lelaki gempal terasa sangat nyaman dan gembira. Sebuah sasmita telah dikirimkan Tuhan untuknya.

Wahai Tuhan, terima kasih telah mengabulkan diriku menjadi presiden.

Ia pun berkoar-koar di sepanjang jalan yang dilaluinya, kalau ia kini seorang presiden yang dipilih oleh Tuhan. Sayang sekali, setiap orang yang ditemui menghindar dirinya.

Bahkan beberapa orang di antaranya berani menyilangkan jemari di jidatnya.