Ditohok

Coffee break kali ini sangat saya tunggu-tunggu datangnya. Pada suatu workshop yang saya ikuti, saya ingin segera ngopi. Entah, pokoknya ingin ngopi. Pahit lagi.

Memang, pada sarapan pagi harinya sengaja saya ndak ngopi untuk menghindari ‘terlalu sering pipis’ akibat kedinginan AC hotel yang temperaturnya sangat rendah itu. Saya memang pelan-pelan mengurangi konsumsi minum kopi, dari 3 gelas sehari menjadi 2 gelas dan sekarang dalam proses segelas per hari nya.

Dan coffee break adalah kesempatan saya ngopi di hari itu. Wis, pengin bingits. read more

Tetirah ke Blambangan

Saya memanfaatkan harpitnas 16 Mei 2014 kemarin untuk ambil cuti tetirah ke bumi Blambangan. Negerinya Menak Jinggo, Banyuwangi (BWI). Kebetulan juga adik bungsu saya tinggal di sana, tepatnya di Muncar. Dan meskipun sudah belasan tahun ia tinggal di sana, saya belum sekalipun mengunjunginya. Alhamdulillah, kemarin itu saya kelakon bersilaturahim ke rumahnya.

Hari pertama, 15 Mei

Saya berangkat ke Jogja (JOG) dari Bandara Halim Perdanakusuma (HLP), dengan maskapai QG. Keberadaan HLP untuk penerbangan komersial menguntungkan saya sebab saya nggak usah jauh-jauh pergi ke CGK. Saya ke HLP naik Kyai SX4, dan ia saya parkir inap di sana.

Sampai JOG, saya ketemu Kika barang sejam kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Karanganyar (KRA) dengan naik kereta api. Saya mesti jemput bapak dan ibu yang akan bersama-sama pergi ke BWI. Saya sampai di KRA selepas maghrib. Mandi kemudian makan malam dengan sayur masakan ibu. read more

Membeli jabatan

Sampai sekarang saya masih merasa heran tentang jual-beli sebuah jabatan. Apalagi kalau itu jabatan publik, di mana gaji yang diterima oleh pejabat tersebut berasal dari pajak yang dibayarkan rakyat. Keheranan saya mungkin terasa naif. Barangkali banyak yang berpendapat kalau jual-beli jabatan menjadi kelaziman di tata pemerintahan di berbagai tingkatan.

Seorang kawan pernah bercerita, harga sebuah jabatan tergantung ‘basah tidaknya’ tempat yang ditawarkan atau diminatinya. Sebuah tempat disebut ‘basah’ jika di sana banyak uang yang akan dihasilkan, dan disebut ‘kering’ jika ndak ada uang babar blas. read more