Mari merencanakan liburan

Setelah sekian lama otak dan tubuh kita bekerja sangat keras dalam upaya menjemput rejeki yang ditebarkan Tuhan di dunia ini, saatnya rehat sejenak untuk memanjakan diri-sendiri. Kalau nuruti kata hati tak kan habis keinginan untuk mencari harta. Sekali lagi, kini saatnya rehat.

Liburan tak perlu mengeluarkan banyak biaya. Semampu kantong saja yang penting hati senang walaupun tak punya uang (banyak). Apa bisa?

Kalau Anda sudah punya kalender 2014, tengoklah sejenak. Tahun depan ada beberapa tanggal merah yang jatuh di hari senin atawa jumat. Bagi orang kantoran, libur 3 hari seperti itu sangat menggembirakan. Dicermati lagi, ada tanggal-tanggal merah di dalam minggu yang sama. Nah, tinggal nambah cuti dapatlah 9 hari libur! read more

Bekerja itu beribadah juga

Akhir minggu ini, para buruh kembali bergolak. Mereka menamainya sebagai MONAS: mogok nasional. Tuntutan masih sama seperti yang sudah-sudah yakni mendapatkan upah yang layak. Mereka – para buruh itu – seakan tiada habis energinya untuk turun ke jalan dan berteriak lantang menyuarakan keinginannya. Mas Suryat heran saja kenapa mereka tidak mengedepankan dialog sesuai dengan sila keempat Pancasila kita.

Hape Mas Suryat berdering terus. Dengan kawan-kawannya di ujung telepon saling sharing info terkini mengenai gerakan buruh di kawasan-kawasan industri. Gino, si Mr. OB datang memberikan teh tawar pesanan Mas Suryat.

“Hei No, tadi masuk kantor kena macet demo nggak?” tanya Mas Suryat.

mBoten Pak. Mereka masih kumpul-kumpul di gerbang kawasan, tapi belum bikin macet, ” jawab Gino.

“Kamu nggak ikut demo?” pancing Mas Suryat.

Gino menggelengkan kepala. “Saya mensyukuri pekerjaan ini, Pak.” read more

Saktinya Pancasila bagaimana kita

Setiap kali mendengar sila-sila dalam Pancasila, batin saya tak bosan mengatakan hebat betul para pendiri bangsa ini. Mereka yang menyusun Pancasila tahu betul sejarah panjang bangsa Indonesia. Sebuah bangsa yang tersebar dalam rangkaian kepulauan, yang otomatis bangsa itu terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, budaya, keyakinan, dan keragaman yang lain. Meskipun demikian, toh bangsa ini telah menyatakan diri sebagai bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

Namanya Pancasila yang berarti lima dasar. Inilah yang saya sebut hebat betul para pendiri bangsa yang secara brilian memampatkan dasar berbangsa dan bernegara menjadi lima poin saja. Tentu kita masih ingat apa saja kelima dasar tersebut, apalagi ketika kita berada di bangku sekolah setidaknya saban hari Senin bersama-sama membaca Pancasila.

Ketuhanan yang Mahaesa. Saya terkagum-kagum dengan kalimat ini. Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak keyakinan, di mana masing-masing keyakinan itu mempunyai sebutan tersendiri kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Tak perlu memperdebatkan siapa yang disebut Sang Pencipta Alam Semesta, karena nggak bakalan ketemu dan disepakati bersama, masing-masing bertahan pada versi dan pendapatnya. Tokcer betul dengan mengikatnya menjadi Ketuhanan yang Mahaesa. read more