Alhamdulillah, hari ini masih makan tempe

Semalam pas mampir warung pecel lele, eh kok kata bakulnya lagi nggak ada stok tahu atawa tempe, soalnya di pasar pun keberadaan tahu dan tempe susah dicari. Bagi saya, rasanya kurang afdol nekjika makan tanpa berlauk tempe, terutama tempe goreng yang disajikan masih panas kebul-kebul. Akan lebih nyiamik kalau digoreng pakai tepung.

Meskipun saya pernah beberapa kali melihat prosesi pembuatan tempe yang cenderung ‘njinjiki‘ tetapi kesukaan saya akan tempe tak berkurang. Di dalam masakan Jawa malah ada bumbu menggunakan tempe bosok! Tempe adalah makanan rakyat yang murah meriah, tur bergizi tinggi.

Perkara harga tempe yang murah meriah, itu cerita jaman dulu. Ketika tempe hanya mengenal kemasan sederhana dengan menggunakan daun pisang atawa daun waru dan dijual di pasar tradisional atawa dibawa mbok-mbok bakul dari rumah ke rumah. read more

Anak polah bapa kepradah

Mas Suryat meletakkan koran, lalu menyeruput kopi item kesukaannya. Ia bergumam namun terdengar oleh Kang Ajat Sudrajat, salah seorang sahabat kentalnya, “Anak polah bapa kepradah!”

Kang Ajat yang sedang ngemplok tempe bacem hampir tersedak, “Istilah apa itu, Mas? Bahasa Jawa ya?” Maklum saja, Kang Ajat yang asli Sumedang itu nggak paham apa yang diucapkan Mas Suryat.

“Betul, Kang. Istilah bahasa Jawa yang artinya anak kuwi dadi tanggungjawabe wong tuwane, kalebu kabeh tindak-tanduk, solah bawane anak. Yen tindak-tanduke anak ana sing salah, wong tuwa mesthi wae kudu melu-melu disalahke wong liya. Uga sewalike, yen ana tindak-tanduk anak sing apik utawa pener lan bener, wong tuwane biasane ya melu disubya-subya. Ngerti nggak maksudnya?” Mas Suryat tersenyum menyaksikan wajah bengong sahabatnya. read more

Ngomyang tentang Gamada, Geografi dan kacamata

Pembukaan PPSMB (Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru) UGM tanggal 02 September 2013 yang saya lihat sungguh mengharu-biru hati. Ada sembilan ribuan mahasiswa baru (termasuk di antaranya mahasiswa asing) berdiri di lapangan Grha Sabha Pramana (GSP) yang secara serentak mengenakan jaket almamater, kemudian para Gadjah Mada Muda (Gamada) itu meneriakkan salam Palapa dengan lantang: Pancasila Jiwa Kami, Bakti untuk Negeri, UGM Bersatu, Bangkitlah Nusantaraku!

Sekitar jam 10-an kami – para orang tua mahasiswa baru – bertemu dengan pimpinan UGM di auditorium GSP. Ucapan Rektor UGM yang masih terngiang di telinga saya: Nanti beberapa tahun lagi Bapak/Ibu akan duduk di ruangan ini lagi menyaksikan putra/putri panjenengan sekalian diwisuda menjadi sarjana.

Setelah acara dengan pimpinan universitas, para orang tua mahasiswa bertemu dengan pimpinan fakultas yang bertempat di fakultas masing-masing. read more