Anak polah bapa kepradah

Mas Suryat meletakkan koran, lalu menyeruput kopi item kesukaannya. Ia bergumam namun terdengar oleh Kang Ajat Sudrajat, salah seorang sahabat kentalnya, “Anak polah bapa kepradah!”

Kang Ajat yang sedang ngemplok tempe bacem hampir tersedak, “Istilah apa itu, Mas? Bahasa Jawa ya?” Maklum saja, Kang Ajat yang asli Sumedang itu nggak paham apa yang diucapkan Mas Suryat.

“Betul, Kang. Istilah bahasa Jawa yang artinya anak kuwi dadi tanggungjawabe wong tuwane, kalebu kabeh tindak-tanduk, solah bawane anak. Yen tindak-tanduke anak ana sing salah, wong tuwa mesthi wae kudu melu-melu disalahke wong liya. Uga sewalike, yen ana tindak-tanduk anak sing apik utawa pener lan bener, wong tuwane biasane ya melu disubya-subya. Ngerti nggak maksudnya?” Mas Suryat tersenyum menyaksikan wajah bengong sahabatnya.

Kang Ajat menggelengkan kepala.

“Intinya, Kang, segala tindak-tanduknya seorang anak orang tua bakal kena getahnya. Apa itu tindakan yang baik atawa yang buruk. Barusan saya baca di koran ini, berita tentang Dul-nya Ahmad Dhani. Coba, banyak kalangan yang minta Ahmad Dhani bertanggung jawab sebab Dul itu kan anaknya. Bahkan ada seorang legislator yang menuntut agar Ahmad Dhani bisa diproses secara hukum soalnya telah memberi fasilitas mobil kepada anaknya yang masih di bawah umur. Menurut sampeyan bagaimana, Kang?”

Kang Ajat mengelap bibirnya dengan tisu gulung yang disediakan oleh rumah makan langganan mereka.

“Menurutku sih, wajar kalau ada yang menuntut bapaknya ikut bertanggung jawab. Tapi kalau sampai diproses secara hukum misalnya bapaknya ikut dipenjarakan misalnya, itu sih kok nggak pas. Iya nggak?”

“Mengutip pendapat legislator tadi, kita-kita ini bisa ikut dipenjarakaan loh jika menilik kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh para legislator kita yang terhormat,” pancing Mas Suryat.

Kok?”

“Ada seorang legislator terjerat kasus korupsi dan dipenjara. Mestinya pengurus partai ikut dipersalahkan dong, wong mereka yang memberikan kesempatan kepada legislator itu masuk ke parlemen. Dan kita-kita yang waktu pemilu mencoblos gambarnya bisa dicap punya andil terhadap tindakan perbuatan curang yang dilakukan oleh legislator tersebut, toh?”

“Cara berpikirmu kejauhan, Mas Suryat.”

Memang jauh lebih baik diam, dari pada mengomentari sesuatu yang kita nggak memahami permasalahannya.