Arkian, dalam urutanĀ esok-lusa-tulat-tubin atau hari ke empat setelah pertemuan dengan Prabu Wikramawardhana saya pun berangkat ke Tiongkok untuk menjadi duta negoisasi mewakili Majapahit. Kapal yang saya tumpangi berangkat dari Tuban. Kapal semakin menjauhi pantai, saya masih di buritan menyaksikan Majapahit dari arah senja.
Tubuh lelaki tua seperti saya ini sudah tidak tahan terkena angin laut. Maka, saya pun segera masuk ke kabin saya. Kepergian saya ke Tiongkok tidak sendiri, melainkan ditemani oleh dua cantrik yang setia: Kono dan Kene, dan beberapa prajurit pengusung kotak emas yang beratnya hampir empat kuintal tersebut.
“Wedang jahenya diunjuk, Kyaine?!” Kono menawarkan secangkir wedang jahe yang masih panas.
Saya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. read more