Pak Mahadenamutta dan periuk pecah

Pada suatu hari, Pak Mahadenamutta berjalan-jalan keluar-masuk kampung. Tanpa disadari, ia masuk ke sebuah kampung yang masyarakatnya dungu semua. Pak Mahadenamutta menghentikan langkahnya ketika ia melihat seseorang sedang memotong dahan pohon.

Orang tersebut berada di atas pohon, duduk di dahan yang sedang ia potong dengan goloknya. Sementara itu, anak dan istrinya menunggu di bawah pohon.

“Kisanak, hentikan memotong dahan itu. Kamu nanti akan jatuh!” Pak Mahadenamutta mengingatkan orang yang sedang memotong dahan itu. read more

Hikayat Bawang Putih dan Bawang Merah

Pada zaman dulu kala, di sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi tinggal sebuah keluarga kecil yang hidupnya aman sentosa yang seolah sebagai gambaran nyata keadaan negeri tersebut. Kepala keluarga kecil itu dikenal dengan sebutan Ki Siswono. Ia seorang petani, beristri seorang perempuan cantik berwajah gunung. Mereka mempunyai sepasang anak perempuan – secantik ibunya, masing-masing diberi nama Bawang Putih dan Bawang Merah. Sesungguhnya, Bawang Putih hanyalah anak pungut, sedangkan Bawang Merah anak kandung mereka.

Dulu ketika istrinya mengandung Bawang Merah, Ki Siswono saban waktu menjadi suami siaga, karena kandungan istrinya dalam hitungan hari akan melahirkan jabang bayi. Kalau ia pergi ke sawah atawa kebunnya sekedar menengok saja, karena kuatir istrinya tiba-tiba ingin melahirkan sementara ia tak ada di dekatnya. read more

Terukur

jika kau bertanya, berapa banyak jumlah bintang di langit,
maka aku akan menjawab sebanyak ikan di lautan.
jika kau bertanya, berapa banyak jumlah bulu sapi,
maka aku akan menjawab lebih banyak dari uban di kepalaku.
jika kau bertanya, berapa luas lautan,
maka aku akan menjawab sepertiga luas kesabaranku.

bulaksumur, 1988