Sekartaji ketula-tula (2)

Melanjutkan penggalan dongeng sebelumnya.

Tanpa terasa, hampir dua purnama umur perpisahan Sekartaji dan Inu Kertapati. Sekartaji yang bermetamorfosis menjadi seekor keong bercangkang emas nasibnya ketula-tula (terlunta-lunta), karena ia hidup di sepanjang bantaran sungai. Jika ada predator yang mendekatinya, ia buru-buru berlari ke liang persembunyiannya. Waktunya ia habiskan untuk bertapa, dan kalau lapar mendera ia keluar sejenak mencari makanan.

Tak bosan ia memohon kepada Sang Pencipta agar kelak ada orang yang bisa membebaskannya dari kutukan. Hanya kesabaran yang ia punya, selebihnya ia pasrahkan pada takdir.

~0Oo~

Panji Asmarabangun yang kini menjadi anak angkat mBok Rondo Dadapan sesekali pergi agak jauh dari rumah untuk mencari sisik melik keberadaan orang yang sangat dicintai. O. Sekartaji betapa aku merinduimu. Di mana kamu sayangku? Tak ada satu pun kabar yang aku terima darimu. Panji senang merenung di tengah hutan. Jika sore menjelang ia pulang dengan membawa kayu bakar, buah-buahan atawa apa pun yang dapat dimakan bersama ibu angkatnya. read more

Sekartaji ketula-tula (1)

Jika menjilat matahari dapat mengobati rindu, aku akan melakukannya. Sesungguhnya, obat rindu paling jitu adalah bertemu denganmu.
~Inu Kertapati via Kyaine~

Arkian, di taman Keraton Kediri Sekartaji alias Galuh Candrakirana sedang menikmati indah dan segarnya pagi. Sudah menjadi kebiasaannya, ia merawat tanaman dan bunga-bungaan kesayangannya. Disiramnya tanah yang kering dan dibersihkannya dari daun-daun yang telah menguning.

Di salah satu tanaman yang sedang dirawatnya itu ia melihat seekor keong yang bertengger di dahan. Tanpa merasa jijik, Sekartaji mengambil keong tersebut dan melemparkannya ke aliran sungai yang melintas di taman keraton. Ia tak mau keong itu memakan dedaunan tanaman kesayangannya.

Sekartaji tidak tahu kalau keong yang ia lemparkan ke sungai itu adalah seorang nenek sihir jahat yang sedang menyamar. Ia memang sengaja ingin berbuat jahat kepada Sekartaji, karena ia dendam karena Sekartaji pernah menolak cinta anak lelakinya. Wahai nenek sihir, bukankah seluruh dunia tahu kalau Galuh Candrakirana itu telah punya tambatan hati yakni Raden Inu Kertapati alias Panji Asmarabangun?

Keong yang ternyata nenek sihir itu pun menjelma menjadi wanita jelita namun berwajah bengis, dan berdiri tegak di hadapan Sekartaji. Kedatangannya yang tiba-tiba itu membuat Sekartaji terkesiap dan terkejut.

Nenek sihir itu segera mengayunkan tongkat saktinya dan seketika tubuh Sekartaji lenyap lalu berubah menjadi seekor keong. Nenek sihir memelototkan matanya ketika dilihatnya keong tersebut berwarna kuning keemasan. Warna yang elok. Tentu saja, seelok wajah Sekartaji. read more

Kala penyair membajak Sita

Setelah Subagio Sastrowardoyo dan Goenawan Mohamad, giliran Sapardi menyuguhkan kisah carangan Ramayana. Apa jadinya jika Sita ternyata anak Dasamuka?

Penyair Sapardi Djoko Damono, masih giat berkarya pada usia 72 tahu, menulis sekaligus dua buku puisi baru: Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita dan Namaku Sita. Tersusun seperti lazimnya kumpulan puisi biasa, Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita menghimpun 41 puisi. Format berbeda ditampilkan Namaku Sita. Buku puisi ini hanya terdiri atas satu puisi panjang berjudul “Namaku Sita”.

Namaku Sita berpusat pada tokoh Sita dalam kisah Ramayana. Sapardi menulis ulang biografi Sita, pahlawati epos klasik mahakondang asal India. “Ketika menulis buku puisi ini, yang saya kerjakan sekitar setahun, dalam benak saya berkerumun – menggarisbawahi, menjegal, menambah, mengintervensi – begitu banyak hal yang pernah saya dengar dan baca tentang perempuan yang tampaknya… telah menerobos keluar dari sela-sela aksara dalam kitab dan menjadi sosok yang dibayangkan sebagai benar-benar (pernah) ada…,” tulisnya dalam “Lampiran”.

Laksana dalam wayang kulit yang kerap menyelewengkan pakem dan mementaskan kisah carangan atau “cabang” yang diciptakan oleh masyarakat luas atau Ki Dalang sendiri, Sapardi mengarang kisah carangan Ramayana yang berpokok pada riwayat Sita. Dalam versi Sapardi, Sita adalah anak Dasamuka dan Dewi Mandodadi. Juru ramal mengatakan bahwa kelak dasamuka akan jatuh cinta kepada Sita, putrinya sendiri. Demi menghindari ramalan aib tersebut, bagaikan Nabi Musa, Sita yang baru lahir langsung dibuang dengan cara dihanyutkan ke sungai. Bayi mungil ini terdampar di tanah sawah yang sedang dibajak, lalu ditemukan dan dipungut sebagai anak oleh Raja Janaka. read more