Hikayat Bawang Putih dan Bawang Merah

Pada zaman dulu kala, di sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi tinggal sebuah keluarga kecil yang hidupnya aman sentosa yang seolah sebagai gambaran nyata keadaan negeri tersebut. Kepala keluarga kecil itu dikenal dengan sebutan Ki Siswono. Ia seorang petani, beristri seorang perempuan cantik berwajah gunung. Mereka mempunyai sepasang anak perempuan – secantik ibunya, masing-masing diberi nama Bawang Putih dan Bawang Merah. Sesungguhnya, Bawang Putih hanyalah anak pungut, sedangkan Bawang Merah anak kandung mereka.

Dulu ketika istrinya mengandung Bawang Merah, Ki Siswono saban waktu menjadi suami siaga, karena kandungan istrinya dalam hitungan hari akan melahirkan jabang bayi. Kalau ia pergi ke sawah atawa kebunnya sekedar menengok saja, karena kuatir istrinya tiba-tiba ingin melahirkan sementara ia tak ada di dekatnya.

Syahdan, pagi itu ia berhasrat menjenguk kebun yang ia tanami bawang merah. Rasanya sudah saatnya dipanen. Namun, saat ia melewati dangau miliknya ia dikejutkan oleh suara bayi yang menangis meraung-raung. O, betapa kasihan bayi itu ditinggalkan begitu saja oleh ibunya. Ki Siswono segera mendekati bayi mungil yang berkulit putih dan ia melihat ada beberapa semuat rangrang yang menggigit pipi dan tangan bayi itu.

Tanpa berpikir panjang ia bawa bayi itu ke hadapan istrinya. Mereka bermaksud mengasuh bayi tersebut, dan mereka menamai bayi perempuan itu dengan Bawang Putih. Sehari kemudian, Nyi Siswono melahirkan bayi perempuan dan mereka sepakat menamai Bawang Merah. Maka, sejak saat itulah Bawang Putih dan Bawang Merah dalam asuhan kasih sayang Ki dan Nyi Siswono.

Bawang Putih dan Bawang Merah tumbuh menjadi anak yang pandai memasak. Kepandaian memasak jelas diturunkan oleh Nyi Siswono yang memang pintar memasak dan sering dimintai bantuan oleh para tetangganya.

Pada suatu hari, negeri yang gemah ripah loh jinawi itu terkena kutukan nenek sihir jahat. Aneh sekali jenis kutukan yang diberikan: masakan di seluruh negeri akan terasa hambar tanpa sentuhan tangan Bawang Putih dan Bawang Merah. Seluruh negeri geger. Tak ada masakan yang enak. Apa enaknya makan nasi putih tanpa lauk dan sayuran? Aneka penyakit menyerang rakyat. Kehidupan terasa suram. Hanya karena hilangnya bumbu masak yang bernama bawang, baik yang putih atawa yang merah, dari pelosok negeri.

Hanya keluarga Ki Siswono saja yang hidup makmur sejahtera, hanya karena ia punya sepasang anak Bawang Putih dan Bawang Merah. Tersebab oleh sentuhan tangan kedua anak gadisnya, masakan yang tersaji demikian sedapnya.

Semua orang meminta bantuan ke Ki Siswono agar sudi meminjamkan anak-anaknya untuk menyentuh makanannya. Hmm, tak ada makan siang yang gratis. Ki Siswono menangkap peluang itu. Ki Siswono menjadi orang yang paling banyak dicari dan itu artinya uang. Ya, tak mungkin bagi kedua Bawang keluar rumah tanpa izin ayahnya.

Persoalan negeri makin pelik. Tak kurang membuat pusing Baginda Raja. Maka, ia pun memanggil Ki Siswono untuk menghadap ke istana. Baginda Raja menumpahkan murkanya kepada Ki Siswono yang berani melukai hati rakyat dengan menahan kedua putrinya menyentuh masakan orang lain, tanpa perintahnya.

Dengan perasaan terluka, Ki Siswono pergi ke sebuah gua tempat bersemayamnya si nenek sihir.

“Kenapa wajahmu ditekuk begitu, Ki?” tanya nenek sihir mengetukkan tongkatnya.

“Aku habis dimarahi Baginda Raja, Nyai. Kutukan Nyai yang aku minta dulu itu memang mustajab. Seluruh negeri menjadi membutuhkan peranku, sehingga membuatku kaya raya seperti ini. Tapi, Nyai, aku tak terima dimaki oleh rajaku sendiri. Jadi…,” papar Ki Siswono.

Nenek sihir yang usianya hampir seabad itu tersenyum nyinyir dan berkata, “Jadi maumu apa, Ki?!”

“Kutuklah Raja menjadi orang yang linglung!” perintah Ki Siswono tanpa ragu.

“Hua..ha..ha… tak usah aku kutuk bukankah ia sudah linglung? Otaknya pusing karena memikirkan banyaknya persoalan di negeri ini. Tidak, aku tak mau mengutuknya. Sekarang pulanglah!” setelah berkata seperti itu, nenek sihir sibuk membaca mantra di depan kuali ajaibnya.

Nanti ketika sampai di rumah Ki Siswono terkejut alang-kepalang, karena kedua anak gadisnya berubah menjadi bawang putih dan bawang merah dalam ujud yang semestinya. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba seantero negeri berlimpah-ruah bawang putih dan bawang merah.

Rakyat tersenyum sumringah dengan kehadiran bawang putih dan bawang merah di dalam setiap masakan mereka.