Bremono Kembar

Senja sudah menabrak malam. Kademangan Randusari sunyi sebab tak ada lagi anak-anak yang bermain di halaman rumahnya. Saat senjakala seperti itu pamali berada di luar rumah. Konon, Bathara Kala sedang berjalan-jalan mengincar bocah untuk dijadikan santap malam. Anak-anak patuh terhadap peraturan tidak tertulis seperti itu demi alasan keselamatan.

Di sudut dusun tinggalah sepasang suami-istri yang bernama Ki Bremono dan Nyi Bremani. Sebagai pengantin baru, kesunyian seperti itu sungguh suasana yang ditunggu-tunggu. Namun, malam itu Ki Bremono kudu menunda hasratnya, sebab ada permintaan ganjil dari istrinya.

“Kang Bremono, aku minta madu super yang harus kamu petik langsung dari sarang lebah di dalam hutan. Malam ini juga aku mau meninumnya. Demi jabang bayi kita,” rajuk Nyi Bremani. read more

Berani jujur itu hebat

Mardani menata gerobaknya dengan hati-hati. Saban hari minggu ia suka mangkal di tepi danau yang berlokasi di kawasan perumahan elit. Di sana akan ramai oleh orang-orang yang berolah-raga pagi. Bubur ayam yang ia jual akan laris manis dibeli orang-orang yang selesai berolah-raga atau orang yang sekedar jalan-jalan pagi-pagi saja.

Nahas betul nasib Mardani. Hujan malam minggu membuat pinggiran danau licin, sehingga roda gerobaknya tergelincir dan gerobak itu masuk ke danau dan tenggelam. Ia memang mengambil posisi yang salah.

Pagi masih sepi. Belum ada orang kecuali dirinya. Mardani meratapi nasib buruk yang menimpanya. Berjualan bubur ayam adalah caranya menjemput rejeki. Lah, kalau gerobak dan isinya tenggelam, besok mau berjualan apa?

Ratapan Mardani membuat trenyuh hati peri penunggu danau. Ia menampakkan diri di hadapan Mardani. Sekedar basa-basi ia menyapa Mardani.

“Kenapa kamu menangis seperti ini?” read more

The Story of Narcissus

Pada zaman dahulu kala, ada seorang anak laki-laki yang bernama Narcissus. Ia adalah putra dewa dan sangat-amat tampan. Banyak wanita jatuh cinta kepadanya, tetapi tidak ada satu pun yang menarik hatinya. Di antara sekian banyak wanita tadi ada yang begitu mencintai Narcissus namanya Echo, peri yang jelita. Sayangnya, Echo ini tidak bisa berbicara, ia hanya bisa mengulang apa yang dikatakan kepadanya. Dengan keterbatasan inilah, dia tidak bisa menyatakan cintanya kepada Narcissus.

Suatu hari, ketika Narcissus masuk hutan dengan beberapa temannya, ia terpisah dari mereka. Ia kebingungan lalu mencari ke sana kemari, tetapi tidak menemukan satu pun temannya. Karena kelelahan ia istirahat di tepi sebuah kolam. Ia berkata sambil memohon, “Ada siapa di sini?”

Echo, yang kebetulan bersembunyi di rimbunan pepohonan menjawab.

Kemudian terdengar oleh Narcissus, “Di sini… di sini…sini…ni…ni..” read more