Pak Mahadenamutta dan periuk pecah

Pada suatu hari, Pak Mahadenamutta berjalan-jalan keluar-masuk kampung. Tanpa disadari, ia masuk ke sebuah kampung yang masyarakatnya dungu semua. Pak Mahadenamutta menghentikan langkahnya ketika ia melihat seseorang sedang memotong dahan pohon.

Orang tersebut berada di atas pohon, duduk di dahan yang sedang ia potong dengan goloknya. Sementara itu, anak dan istrinya menunggu di bawah pohon.

“Kisanak, hentikan memotong dahan itu. Kamu nanti akan jatuh!” Pak Mahadenamutta mengingatkan orang yang sedang memotong dahan itu.

“Ah, Pak Tua sok tahu!” jawab orang itu dengan ketus.

Dan tak lama kemudian terdengar suara berdebum. Orang yang memotong dahan tadi jatuh bersamaan dengan dahan yang ia potong.

“Kamu harusnya duduk di pangkal dahan, bukan duduk di dahan yang kamu potong!” tukas Pak Mahadenamutta sambil menolong orang itu berdiri.

“Pak Tua ternyata orang sakti,” kata orang yang memotong dahan. Ucapan itu didengar oleh anak istrinya, dan juga tetangga yang mulai berkumpul setelah mendengar ada benda jatuh.

Sontak, kabar kedatangan Pak Tua yang sakti ke kampung mereka segera tersebar.

Di sudut kampung, terjadi sebuah insiden ada kepala kambing masuk ke sebuah periuk. Kambing tersebut bermaksud minum air yang ada di dalam periuk tersebut, namun begitu kepalanya masuk, ia tak dapat mengeluarkan kepalanya. Semua orang yang mengetahui insiden tersebut kebingungan, bagaimana cara melepaskan kepala kambing. Seseorang mengajukan usul, supaya mengadukan ke Pak Tua sakti yang kebetulan sedang berada di kampung mereka.

“Pak Tua tolonglah kami yang sedang mendapatkan musibah berat…,” pemilik kambing pun menceritakan insiden yang terjadi. “Jadi, bagaimana cara melepaskan kepala kambing saya?”

Pak Mahadenamutta bertanya kepada orang tersebut, “Kamu lebih sayang kambingmu atawa periuknya?”

“Saya lebih sayang periuk itu, Pak Tua,” jawabnya.

“Kalau begitu, potong saja leher kambingmu!” kata Pak Mahadenamutta mantap.

Orang itu segera kembali ke rumahnya, diikuti oleh tetangga yang lain. Apa yang dikatakan Pak Mahadenamutta pun dipraktekkan. Tanpa ragu ia memotong leher kambingnya, dan benar saja periuk terlepas dari tubuh kambing.

“Horeee!!!!!” Semua yang hadir bersorak gembira. Apa yang dikatakan Pak Tua ternyata betul.

Di tengah sorak-sorai tersebut, pemilik kambing tertegun karena melihat kepala kambing masih ada di dalam periuk. Tanpa berpikir lama, ia membawa periuk tersebut ke Pak Mahadenamutta. Banyak orang membututi di belakangnya.

“Pak Tua, saya punya masalah tolong bantu. Bagaimana cara mengeluarkan kepala kambing di dalam periuk ini?” tanya pemilik kambing.

Pak Mahadenamutta meraih kepala kambing di dalam periuk dan mencoba mengeluarkan dengan cara ditarik. Susah. Tidak bisa! Mata Pak Mahadenamutta menyapu wajah-wajah yang ada di sekelilingnya.

“Kepala kambing ini tidak bisa ditarik keluar dari dalam periuk. Satu-satunya cara adalah memecahkan periuk ini!” kata Pak  Mahadenamutta.

Pemilik kambing mengambil batu lalu memecahkan periuk. Prakk!! Kepala kambing menggelinding ke tanah.

“Horeee!! Lagi-lagi Pak Tua betul!” Ayo kita angkat Pak Tua ini menjadi penasihat desa!” Secara aklamasi mereka menyetujui usulan itu.