Prolog.
Karena sesuatu hal, yang kalau diceritakan bisa semalaman, Dewi Galuh Candrakirana a.k.a Sekartaji harus dipisahkan dengan kekasihnya, Raden Panji Asmarabangun. Putri Kerajaan Kediri itu harus menjalani ujian hidup dengan cara terlunta-lunta terlebih dahulu. Hal yang sama terjadi pula kepada Raden Panji Asmarabangun.
~oOo~
Syahdan, di sebuah pedukuhan di lereng gunung Arjuna hiduplah keluarga yang cukup berada, seorang ibu bersama ketiga anak perempuannya. Bukan anak kandung, tapi tiada yang tahu dari mana ibu itu memungut mereka. Ibu itu, sebut saja Sri Pertiwi, memberikan nama kepada anak-anaknya: yang sulung Kleting Abang, berbadan gemuk, jarang tersenyum, suka marah, suka menangis. Si tengah Kleting Kuning, agak kurus, cerewet, suka memaksakan kehendak, sangat manja kepada ibu angkatnya. Sedangkan si bungsu Kleting Ijo, meskipun kurus tetapi makannya banyak, dan ia paling malas di antara ketiganya.
Suatu hari datanglah Sekartaji ke rumah Sri Pertiwi dengan maksud untuk ikut ngèngèr, menumpang hidup. Tentu saja dengan senang hati Sri Pertiwi dan anak-anaknya menerima kehadiran Sekartaji di rumah itu sebagai abdi dalem, pembantu rumah tangga. Meskipun derajatnya sebagai abdi dalem, Sri Pertiwi memberikan nama seperti anaknya yang lain. Sejak saat itu nama Sekartaji berubah menjadi Kleting Biru. read more