Kleting

Mbok Rondho Dadapan punya empat anak perempuan, semuanya diberi nama depan Kleting dengan urutan dari yang tertua: Kuning, Hijau, Merah, dan Biru. Meskipun semua anak kandung, hanya Kleting Biru yang dikuyo-kuyo, baik oleh ibunya maupun kakak-kakaknya. Dikuyo-kuyo artinya ditindas, dinista, dianaktirikan dan istilah lain yang sebangsa dengan itu. Kasihan benar.

Tapi itu nasib si bungsu. Kasih sayang orang tuanya sudah habis terbagi untuk ketiga kakaknya. Apalagi, mereka tak punya ayah lagi. Sungguhpun demikian, sejatinya ayah mereka yang sudah marhum itu berlaku cukup adil, semua anak-anaknya diberi nama dengan Kleting. Apa itu kleting? Sebuah benda yang mirip tempayan berleher panjang yang gunanya untuk mengambil air di telaga atawa sendang dan cara membawanya digendong di pinggang.

Kleting Kuning sebagai anak tertua tentu saja paling lama mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Ia pun merasa berhak mengatur adik-adiknya, termasuk untuk urusan pribadi. Maklum, ia merasa paling berpengalaman. Kleting Hijau cenderung diam, ia mengikuti arus ke mana mengalir. Cari slamet. Kleting Merah bersikap suka memprotes segala kebijakan kakak tertua, bahkan pun dari ibunya. Kleting Biru, yang memang nasibnya dikuyo-kuyo tadi, ia sendiri suka galau bin paranoid. Kawan setia si Kleting Biru adalah sebuah cermin di kamarnya. read more

Gan

Terlihat kesibukan yang luar biasa di halaman Kadipaten Glagahwangi. Kayu berserakan di mana-mana. Semua orang yang ada di tempat itu tak ada yang berpangku tangan. Bunyi kayu yang dipotong dengan kapak atawa gergaji mendominasi suara yang terdengar di telinga setiap orang.

Mereka sedang bergotong royong membangun sebuah mesjid. Dari gambar rencana yang dibentangkan oleh seseorang berjubah putih, terlihat kalau mereka sedang mempersiapkan bangunan mesjid besar. Sementara di sisi yang lain, beberapa orang menggali tanah untuk pondasi mesjid, sedangkan di belakang rumah Kanjeng Adipati para ibu mempersiapkan ransum bagi para lelaki yang bekerja.

Ketika waktu dzuhur tiba, dikumandangkan azan. Semua orang yang tadinya sibuk berhenti sejenak, lalu mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat dzuhur berjamaah yang dipimpin oleh Sunan Kudus. Selesai melaksanakan shalat mereka menikmati ransum nasi panas, sayur asem dengan lauk tempe dan ikan asin. Nikmat sekali. read more

Dongeng untuk cucuku

Seminggu berkunjung ke rumah anakku, aku didaulat oleh kedua cucuku untuk mendongeng sebagai penghantar tidur mereka. Untung saja ingatanku masih menyimpan berbagai kisah dongeng yang pernah aku dongengkan kepada anak perempuanku.

“Kek, malam ini kakek ingin mendongeng apa?”

“Kalian ada ide? Kakek mengikuti saja kemauan kalian.”

“Apa ya kek?”

“Ya sudah. Kakek mendongeng tentang bidadari yang bernama Nawangwulan. Dengarkan baik-baik!”

Hanya karena keisengan Jaka Tarub menyembunyikan pakaian Nawangwulan – sang bidadari dari kahyangan – yang sedang mandi di telaga, akhirnya ia dapat mempersunting menjadi istrinya. Bagi Nawangwulan saat itu tak ada pilihan selain menerima kebaikan Jaka Tarub yang memberikan selembar kain milik emaknya untuk menutup tubuh telanjangnya. read more