Mencari Putri Sejati

Syahdan, ada seorang Pangeran tampan yang sudah cukup umurnya dari negeri nan jauh, menginginkan seorang putri raja untuk dijadikan istri. Syarat yang diminta oleh Pangeran adalah calon istrinya itu haruslah seorang putri raja dengan kesempurnaan yang dimilikinya. Pangeran berpamitan kepada ayah dan ibunya untuk melakukan perjalanan mengelilingi pelosok negeri, apalagi kalau bukan untuk mencari putri sejati tersebut.

Sudah bisa diduga sebelumnya, Pangeran selalu mengalami kegagalan mendapatkan seorang putri sejati. Kalau dihitung, sudah tujuh purnama ia meninggalkan istana. Dalam keputusasaannya, ia kembali ke istana dengan membawa rasa kecewa. Kasihan benar sang Pangeran kita. Setiap hari hanya mengurung diri di dalam kamarnya.

Pada suatu malam, di tengah hujan badai terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu gerbang istana. Ketika pintu dibuka oleh Kyaine, yang saat itu mendapatkan giliran ronda, nampak seorang putri cantik yang kedinginan karena bajunya basah kuyup, meminta pertolongan untuk bisa berteduh di istana sang Pangeran. Kyaine segera memberitahukan kedatangan putri cantik itu kepada Raja, yang tak lain adalah ayah sang Pangeran. Dalam remang cahaya obor, aura kecantikan putri itu terlihat oleh Raja. Rupanya, sang Ratu pun ikut mendampingi Raja menemui putri cantik itu.

“Siapa dirimu wahai putri yang jelita?” tanya Ratu sambil mengulurkan pakaian yang kering untuk dipakai putri cantik itu.

“Hamba Putri Sejati, tuanku Ratu,” putri cantik menjawab sopan.

Raja dan Ratu menaikkan alisnya mendengar jawaban putri cantik, antara percaya dan tidak dengan apa yang baru saja didengarnya. [Dalam hati Kyaine berkata : nama kok putri sejati, kayak nama ibu kita Kartini saja?]

“Kita akan segera tahu apakah ia putri sejati itu atau bukan,” bisik Raja kepada Ratu. Putri cantik itu diminta untuk menunggu sebentar, karena mereka akan mempersiapkan kamar bagi putri cantik yang mengaku sebagai Putri Sejati itu.

Sang Ratu membuka seprei tempat tidur yang akan dipakai oleh putri cantik dan menaruh sebutir kacang di atas tempat tidur lalu di atasnya ditumpuk sembilan belas lembar kasur. Dan malam itu sang putri akan tidur di atas ranjang berkasur susun dua puluh tersebut.

Ketika mengetahui kesibukan di kamar sebelah, sang Pangeran datang menghampiri ibunya. Sang Ratu menjelaskan rencananya kepada putranya. Tetapi di luar dugaannya, Pangeran menolak rencana Ratu.

“Ibu, cara seperti ini kok mirip cerita di dongeng HC Andersen tentang Putri dan Kacang Polong,” sang Pangeran menjelaskan kepada Ratu. “Bagaimana jika putri tersebut pernah membaca dongeng itu? Esok pagi ketika bangun tidur lalu ibu menanyakan apakah putri tidur nyenyak semalam, tentu saja ia akan menjawab kalau sangat susah tidur karena di bawah kasurnya ada sebutir kacang polong! Nanti kita akan susah menentukan apakah ia Putri Sejati atau bukan.”

“Benar begitu Kyaine?” tanya Ratu kepada Kyaine, yang diam-diam ikut sibuk di kamar itu.

“Benar, Ratu. Demikian yang hamba dengar dari Om Trainer. Beliau kan salah satu penggemar HC Andersen,” kata Kyaine sambil bersikap takzim.

“Ya sudah kalau begitu. Lalu usulmu bagaimana, anakku?” tanya Ratu kepada Pangeran.

“Jangan hanya diberi satu jenis kacang, tapi banyak kacang. Esok pagi kita tanyai dia tentang kacang-kacang itu!” usul pangeran. Dan akhirnya di atas kasur paling bawah ditaruh beberapa jenis kacang.

Pagi harinya, Raja, Ratu dan Pangeran bergegas menemui sang putri. Mereka bertanya bagaimana tidurnya semalam.

“Oh, hamba sangat susah tidur!” jawab sang Putri, “hamba kesulitan memejamkan mata sepanjang malam. Biji-biji kacang di bawah kasur menjadi penyebabnya. Hamba merasa berbaring di atas kasur yang kasar, dan seluruh tubuh hamba terasa pegal dan memar!”

“Tuh, benar kan dia akan menjawab seperti itu,” sela Pangeran.

Tetapi sesungguhnya Raja dan Ratu sudah yakin bahwa Putri di hadapannya ini pastilah Putri Sejati, karena hanya putri yang sejati dapat merasakan ada butiran kacang yang ditempatkan di bawah sembilan belas kasur. Hanya Putri Sejati yang mempunyai kulit yang begitu halus.

“Sebentar, Putri. Tahukah kamu kacang apa saja yang kami taruh di bawah kasur-kasur itu?” tanya Pangeran.

“Sebagai seorang Putri Sejati sekaligus ahli botani, tentu hamba mengetahui jenis kacang yang ditaruh di bawah kasur. Ini kacang tanah (Arachis hypogaea L.), ini kacang kedelai, ada dua spesies Glycine max disebut kedelai putih dan Glycine soja untuk kedelai hitam, lalu yang ini kacang hijau (Vigna radiate), ini kacang buncis (Phaseolus vulgaris), sedangkan yang ini kacang panjang (Vigna unguiculata sesquipedalis), terus yang ini kacang arab (Cicer arietinum),” kata Putri Sejati sangat rinci.

Mendengar jawaban Putri Sejati, Pangeran berbisik pada Kyaine, yang iseng ikut masuk kamar, “Jawaban dia bagaimana, Kyaine?”

“Tau deh… tanya aja pada pak guru biologi!” jawab Kyaine cuek, karena ia sibuk ngemil kacang atom a.k.a kacang sukro.

Singkat cerita, Pangeran kemudian mengambilnya sebagai istri, karena memang benar bahwa putri itulah yang dicarinya selama ini.

Note: Judul dan alur cerita oleh Bu Monda