Mengapa Kartini menulis dalam bahasa Belanda?

Pak Pos mengetuk pintu pagar dan memberikan surat kepada saya, dan berkata “Surat dari Kartini!” Rupanya kilat khusus, maka saya teken tanda terimanya. Surat yang saya kirimkan ke Kartini beberapa hari yang lalu sudah mendapatkan respon darinya. Di dalam surat saya menulis: bisakah saya wawancara dengan Anda mengenai penggunaan bahasa Belanda dalam setiap penulisan Anda. Saya akan terbitkan wawancara ini dalam The Padeblogan.

Dalam surat balasannya, Kartini menjawab singkat: Saya tunggu di Pendapa Jepara.

~oOo~

Teh yang disajikan masih panas. Saya belum menyentuhnya. Saya masih gelisah menunggu Kartini keluar menuju pendapa.

Ia menyalami saya dengan hangat, “Apa kabar, Kyaine?” read more

Sang Pemula

Saya tak hendak ngomongin buku Sang Pemula-nya Pramoedya Ananta Toer namun mengenai penyebutan barang/benda yang biasa kita gunakan sehari-hari. Orang bijak pernah bilang: jadilah pelopor, bukan pengekor. Karena ia menjadi pelopor atawa sang pemula, maka yang ada di benak kita bahkan tertanam sangat dalam ya sang pemula itu.

Dulu sekali ketika negeri ini masih dalam masa kolonial Belanda, pernah beredar sebuah merk pasta gigi bernama Odol. Kata ini mudah disebut oleh orang kebanyakan, dan lama-lama kata ini terserap menjadi bahasa Indonesia untuk menyebut pasta gigi. Lebih praktis menyebut odol dari pada pasta gigi. Sementara itu, Odol sendiri hilang entah ke mana. Sekarang, apapun merk pasta gigi, kita akan menyebutnya sebagai odol.

Pun dengan sebutan silet. Kata ini diserap dari merk sebuah pisau super tipis Gillete, yang kalau dilafalkan terdengar seperti silet. Sekarang, apapun merk pisau tipis kita akan menyebutnya sebagai silet. read more

Mampir Keraton Kasepuhan Cirebon

Kami keluar dari Kota Demak selepas asar. Karena kondisi badan yang cuapek, di Pemalang nginep semalam. Pas mau masuk Kota Pemalang kena macet karena ada perbaikan jembatan, beruntung dekat dengan mBak Regina. Pagi-pagi setelah sarapan segera memacu Kyai SX4 menuju ke arah barat. Begitu lepas dari Tol Pejagan, kok ada keinginan mampir Kota Cirebon.

Ya, berpuluh kali mudik saya tak pernah melewati Kota Cirebon, lewat tol Palikanci atawa sebelum ada tol ini selalu lewat jalur pinggiran kota. Maka, mumpung matari belum terik benar Kyai SX4 keluar tol via Ciperna ke arah Kota Cirebon. Muter-muter sambil lihat plang yang menunjuk ke arah Keraton. Hmm, ada dua petunjuk yang mengarah ke Keraton Kanoman dan Keraton Kasepuhan. read more