Pak Pos mengetuk pintu pagar dan memberikan surat kepada saya, dan berkata “Surat dari Kartini!” Rupanya kilat khusus, maka saya teken tanda terimanya. Surat yang saya kirimkan ke Kartini beberapa hari yang lalu sudah mendapatkan respon darinya. Di dalam surat saya menulis: bisakah saya wawancara dengan Anda mengenai penggunaan bahasa Belanda dalam setiap penulisan Anda. Saya akan terbitkan wawancara ini dalam The Padeblogan.
Dalam surat balasannya, Kartini menjawab singkat: Saya tunggu di Pendapa Jepara.
~oOo~
Teh yang disajikan masih panas. Saya belum menyentuhnya. Saya masih gelisah menunggu Kartini keluar menuju pendapa.
Ia menyalami saya dengan hangat, “Apa kabar, Kyaine?” read more