Pertama kali mengenal nama Dieng ketika saya kelas 5 SD dulu, saat berita-berita di TVRI menyiarkan kabar duka banyaknya korban tragedi Kawah Sinila. Kemudian, saat saya mendapatkan mata kuliah geomorfologi dasar pak dosen pernah bercerita mengenai terjadinya dataran tinggi Dieng yang merupakan sebuah kaldera. Konon, dataran tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua di dunia setelah Tibet, dan yang terluas di Pulau Jawa. Tak berlebihan jika Dieng disebut juga Negeri di Atas Awan.
Dataran tinggi Dieng semakin menarik minat saya, ketika Kompas menulis Ekspedisi Cincin Api secara serial di mana salah satunya mengulas tentang Dieng. “Lumpur berwarna kelabu gelap itu meletup-letup. Suhunya yang mencapai tiga kali titik didih air, siap melumerkan apa saja. Asap putih tebal menguar dari permukaan lumpur, menyemburkan bau belerang yang menyesakkan. Namun, pemandangan mengerikan dan aroma belerang itu tak menyurutkan ratusan wisatawan untuk mendekat ke Kawah Sikidang. Mereka menyaksikan aktivitas vulkanik di kompleks gunung api Dieng, Jawa Tengah, itu dari balik pagar bambu yang mengelilingi kawah,” demikian tulis Kompas. read more