Surtikanthi, awal perjumpaan (2)

Karna memandang langit-langit kamarnya, sementara Surtikanthi rebah di dada suaminya itu. Diam, menunggu ombak tenang kembali. Cukup menyita waktu mereka. Karna mengecup tangan Surtikanthi, sementara jemari Surtikanthi memainkan cuping telinga suaminya.

“Telinga ini, selalu mengingatkanku tentang dirimu, mas. Bisakah kamu ceritakan kembali asal-usul nama Karna?”

Karna tersenyum. Ia pun segera mengisahkan kelahirannya di dunia ini kepada Surtikanthi, istri yang telah memberikan satu putra padanya.

~oOo~ read more

Surtikanthi, awal perjumpaan (1)

Surtikanthi lemas, terpuruk di ujung pembaringan. Kabar yang ia terima via ponselnya mengabarkan kalau Karna – belahan jiwa dan kekasih hatinya itu, gugur di medan perang Bharatayudha. Air matanya kering sudah, terkuras membasahi bantal di atas peraduan.

Sebenarnya, semalam Surtikanthi sudah mempersiapkan hati ketika Karna berpamitan dan minta restunya untuk tanding melawan Arjuna, yang tak lain adalah adiknya sendiri yang terlahir dari rahim ibunya, Kunti. Tetapi, berita gugurnya Karna tak pelak mengguncangkan jiwanya juga.

“Surtikanthi kekasihku, perang tanding melawan Arjuna memang takdir yang harus aku jalani dan tak bisa dipungkiri. Dewata memang menggariskan nasib demikian, aku mesti berperang dengan adikku di padang Kurusetra. Dalam perang nanti, aku akan bertempur habis-habisan.” read more

Dendam Mustakaweni

Tewasnya keluarga besar Mustakaweni oleh Pandawa, membuat hati gadis itu dirutuki dendam kesumat. Ia bersumpah akan menghabisi keluarga Pandawa, apapun resikonya. Kini, ia tinggal berdua saja bersama kakaknya.

Mustakaweni – lebih kondang disebut Miss Wenny, setelah tahun lalu ia memenangkan kontes kecantikan yang digelar oleh ayahandanya Prabu Bumiloka dari negara Manimantika adalah seorang pendekar pilih tanding yang menjadi andalan negerinya. Tentu saja, sebagai Miss Manimantika ia berkategori 3 B: Beauty, Brain &  Behaviour. Akan tetapi, setelah kesumat menguasai hatinya yang ada hanya kata Bunuh, Bunuh dan Bunuh.

Tanpa sepengetahuan kakaknya, ia pergi meninggalkan rumah untuk mengobrak-abrik Pandawa. Sebuah keputusan yang sembrono. Di perjalananan, ia bertemu dengan seorang pertapa yang bernama Kalapunyangga.

“Putri, janganlah kamu terburu nafsu seperti itu. Bertindaklah yang cerdas, agar kamu bisa memenangkan pertarunganmu nanti melawan Pandawa.” read more